Berita Jepang | Japanesestation.com

Boys love (BL) adalah salah satu genre paling terkenal dalam kultur otaku di Jepang saat ini. Dan ternyata, kepopuleran genre yang berfokus pada hubungan romantis (dan terkadang, seksual) antara karakter laki-laki ini pun terkenal hingga ke luar negeri, termasuk ke Indonesia. Rasanya, BL benar-benar luar biasa ya? Tapi, berasal dari negara yang terkenal masih sulit menerima keberadaan LGBTQ, akankah keberadaan Boys Love dapat merubah perspektif masyarakat Jepang terhdap komunitas LGBTQ? Mari cari tahu jawabannya.

BL di Jepang, (Mayoritas) Dibuat Wanita untuk Wanita

Meski cerita boys love di Jepang telah ada sejak tahun 1687 dalam The Great Mirror of Male Love (男色大鏡/Nanshoku Ōkagami) karya sastrawan pria Ihara Saikaku, kini, mayoritas manga dan cerita BL di Jepang dibuat oleh wanita dan ditujukan untuk wanita pula.

boys love manga Jepang japanesestation.com
Shōnen no na wa Jirubēru (nippon.com)

Menurut Fujimoto Yukari, seorang profesor spesialis teori kultural gender dan representasi dalam manga di Universitas Meiji, kehadiran manga boys love sebagai “komik untuk anak perempuan” hadir pada tahun 1970, seperti Takemiya Keiko dengan manga terkenalnya, Shōnen no na wa Jirubēru  (The Boy’s Name is Gilbert) dan seri Kaze to ki no uta (The Poem of Wind and Trees. Saat itu, manga BL dianggap sebagai “angin segar” di antara manga yang ditujukan bagi anak perempuan karena protagonis laki-laki dianggap dapat membuat para mangaka dapat menggambarkan karakter yang lebih manidri, proaktif, dan dapat memasukkan narasi erotis yang lebih berani. Bahkan, dalam Shōnen no na wa Jirubēru, Takemiya mengatakan bahwa ia ingin membuat suatu revolusi baru lewat manga BL.

Di saat yang sama, majalah shojo manga yang berisi karya BL dari Takemiya Keiko pun laku keras. Menujukkan adanya ketertarikan masyarakat terhadap genre tersebut. Nah, majalah khusus boys love sendiri mulai hadir pada tahun 1970 akhir, seperti June, majalah manga bergenre BL legendaris.

BL dan Kepopulerannya di Negara-negara Asia

boys love manga Jepang japanesestation.com
Junjou Romatica (Flickr: korekara)

Manga dan anime BL juga populer di negara Asia lain, seperti Indonesia, Thailand, Cina, Taiwan dan Korea Selatan. Namun, beberapa negara di atas, termasuk Indonesia, masih menganggap bahwa BL (dan LGBTQ) masih tabu. Misalnya saja, Cina. Negara ini memiliki Chen Qing Ling (The Untamed), sebuah drama TV yang diadaptasi dari webnovel boys love, meski dalam drama TV-nya sendiri, tak ada “BL” di dalamnya. Tak hanya itu, membuat novel atau komik BL di Cina juga sangat berisiko, bisa membuat sang pengarang dipenjara.  Keadaan sulit juga dialami di Korea Selatan karena negara ini memiliki aturan ketat terhdap representasi seksual. Keadaan ini sangat kontras dengan Taiwan dan Thailand yang lebih “longgar.” Bahkan, even dojinshi dan pernikahan sesama jenis juga dilegalkan di Taiwan pada 2019 lalu.

Thailand juga dianggap mampu mereprentasikan hubungan gay dalam dunia nyata lewat drama TV mereka, membuat komunitas LGBTQ lebih relate. Misalnya saja, drama Dark Blue Kiss yang mengangkat isu diskriminasi dan pengakuan pada orang tua sambil tetap memperlihatkan kisah romantis yang tetap memikat para fans BL.  Hal ini memngkinkan pemerintah Thailand selangkah lagi maju soal masalah LGBTQ. Mereka telah mengizinkan pasangan sesama jenis untuk mengadopsi anak mulai Juli 2020 lalu.

Kontroversi BL di Jepang

boys love manga Jepang japanesestation.com
Hitorijime my Hero (kodanshacomics.com)

Tidak seperti Taiwan dan Thailand, masih ada perbedaan antara pria gay asli dengan karakter dalam BL manga. Nah, inilah yang menurut Fujimoto membuat BL tak mampu memberikan dukungan bagi para gay di masyarakat Jepang.

Pada tahun 1990-an misalnya, ada seorang pria gay yang meganggap bahwa hanya ia lah yang “salah” dan mencoba untuk membaca cerita BL seperti Kaze to ki no uta. Namun, saat membacanya, ia merasa bahwa itu sangat berbeda dengan apa yang ia alami dan hanya fantasi belaka, menunjukkan bahwa sang mangaka sama sekali tidak tertarik dengan gay dan LGBTQ di dunia nyata. Nah, Fujimoto merasa bahwa inilah faktor yang membuat banyak kritik terhadap BL.

boys love manga Jepang japanesestation.com
BL Shinkaron—Bōizu rabu ga shakai o ugokasu (The Theory of BL Evolution and Its Impact on Society) - (nippon.com)

Meskipun begitu, kontroversi ini membuat banyak evaluasi dari para mangaka BL. Dalam BL shinkaron (Teori Evolusi BL), seorang cendekiawan dan aktivis lesbian Mizoguchi Akiko menulis bahwa mulai akhir tahun 2000, banyak mangaka yang mulai memproduksi BL yang lebih kompleks dan sensitif.

boys love manga Jepang japanesestation.com
Given, salah satu manga BL modern (wikipedia.org)

BL juga telah berubah menjadi sebuah genre di mana tak ada batasan tentang hubungan yang dianggap di luar norma sosial. Kini, BL mulai mampu memperlihatkan perbedaan yang sangat dibutuhkan di Jepang saat ini. Apalagi, melihat even besar Tokyo Olympics yang akan segera hadir, tentunya baik pemerintah dan masyarakat harus mampu menghapuskan tembok yang menyatukan perbedaan kan?

Drama Televisi, Kunci Untuk Membuat BL “Relate” dengan Kehidupan Kaum LGBTQ

Mungkin karena drama Thailand, Fujimoto percaya bahwa drama lah ang mampu mengisi kekosongan di antara BL fiksi dan orang gay di dunia nyata. Menurutnya, drama TV dengan aktor asli dapat memperlihatkan koneksi alami meski sebenarnya merupakan fiksi. Misalnya saja film Ossanzu rabu (Ossan’s Love), sebuah film hit yang tayang pada 2018 silam. Menurutnya, film ini dapat diterima dengan baik di komunitas gay karena pembawannya yang menghibur dan kasual.

boys love manga Jepang japanesestation.com
Ossan's Love (asianwiki.com)

Menurut Fujimoto, norma konvensional Jepang yang menganggap bahwa gay itu “abnormal” dapat mendiskriminasi mereka. Karena itu, jika orang-orang menonton drama tentang pasangan gay di kehidupan sehari-harinya, mereka akan menyadari bahwa gay itu sama seperti mereka.

Dengan adanya hal sederhana namun realistis yang ditonjolkan dalam drama, anak-anak muda pun dapat melihat kenyataan yang sebenarnya tidak seperti dalam stereotip pasangan gay di BL manga zaman dulu.

Intinya, Boys Love mungkin bisa merubah perspektif masyarakat Jepang jika dapat menggambarkan kehidupan gay dengan baik. Jika hal ini terjadi, bukan tak mungkin negara ini akan lebih mudah menerima keberadaan komunitas LGBTQ.

Bagaimana menurutmu?

Sumber:

Nippon

Savvytokyo

Wikipedia: Ihara Saikaku