Kawasan Gion di Kyoto, Jepang terkenal sebagai pusat kegiatan geisha. Namun sebelum Anda mencari dan memotret para geiko alias geisha, ada beberapa hal yang perlu diketahui. Ingat, mereka bukan 'objek' Anda. Sebagai mantan ibukota Kekaisaran Jepang, Kyoto meninggalkan banyak bangunan sejarah serta kultur yang masih kental hingga sekarang. Geisha, atau geiko dalam dialek lokal, adalah salah satunya. Geisha menjadi salah satu objek foto yang paling diincar turis saat berkunjung ke Kyoto. Tapi, sebelum 'mengincar' Geisha ada beberapa hal yang perlu diketahui. Mengutip CNN, Selasa (1/7/2014), berikut 8 aturan penting saat bertemu geisha:
1. Aturan tak tertulis saat memotret geisha
Avi Lugasi, penemu situs travel Windows to Japan membeberkan beberapa aturan tak tertulis saat memotret geisha. Sebagai penduduk Kyoto selama hampir 20 tahun, Avi telah melihat banyak turis memperlakukan geisha sebagai 'objek' foto semata. "Geisha sadar kalau mereka adalah aspek yang spesial dan unik dalam kultur Jepang. Jadi, ini adalah bagian dari hidup oleh karena itulah mereka harus dihargai juga," tuturnya. Geisha yang bisa ditemui wisatawan di jalanan Kyoto biasanya akan berangkat kerja. Patut diingat, mereka tidak dibayar oleh pemerintah Jepang sebagai maskot dan sebagainya. Oleh karena itulah, sebisa mungkin jangan memotret dari depan atau menghalangi mereka saat berjalan. "Memotretlah dari samping atau belakang. Tak jarang turis memotret dengan memperlakukan geisha hanya sebagai 'objek'. Padahal mereka juga manusia," tambah Avi.
2. Waktu dan lokasi
Kebanyakan geiko yang tinggal di hanamachi (kawasan geisha) mulai keluar rumah pukul 17.45 waktu setempat. Ini adalah waktu paling tepat untuk melihat dan memotret geisha. "Untuk hasil foto yang baik, jangan lupa perhatikan latar di belakang geisha. Ini akan membuat foto menjadi dramatis tanpa mengganggu geisha," tutur Avi. Ada 2 kawasan hanamachi yakni Gion Higashi dan Gion Kobu. Dua kawasan ini adalah yang paling terkenal dibanding tiga kawasan lain yakni Kamishichiken, Pontocho dan Miyagawacho. "Dua kawasan tersebut juga punya bangunan sejarah yang terpelihara baik. Memotret geisha dengan latar Kyoto pada masa lampau membuatnya sangat fotogenik," tambah Avi.
3. Perbedaan antara geiko & maiko
Semua geiko mengikuti kursus atau sekolah, yang mengajarkan tentang seni dan kultur Jepang. Mulai dari upacara minum teh, cara merangkai bunga, sampai belajar memainkan beragam alat musik. Calon geiko yang masih menjalani kursus ini disebut maiko. "Ada 2 perbedaan dasar maiko dan geiko. Maiko punya hiasan bunga di rambutnya, sedangkan geiko tidak," tutur Avi. Perbedaan kedua terletak pada obi atau ikat kimono. Avi memaparkan, obi milik maiko lebih panjang dan menjuntai ke bawah sementara obi geiko dilipat menjadi bentuk kotak di bagian punggung mereka. Maiko juga terkadang mengenakan sandal jepit dari kayu yang berhak tinggi, sementara geiko menggunakan sandal kayu berhak rendah.
4. Anda bisa mengenakan pakaian ala geisha
Setelah melihat aksi geisha di Kyoto, tak sedikit turis wanita yang ingin berpakaian ala geisha. Tenang saja, warga Kyoto sudah mengakomodir kebutuhan yang satu ini. Datanglah ke Sagano, di mana semua wanita berpakaian ala geisha lengkap dengan make up tebal. Di Sagano dan Kyoto juga ada beberapa toko dan studio foto yang menyediakan peralatan ala geisha. Lengkap dengan fotografer yang akan mengikuti Anda ke jalanan, dan memotret Anda layaknya geisha!
5. Bedakan: geisha dan turis berkostum geisha
Tak sedikit turis yang gagal membedakan geisha asli dengan turis yang berpakaian ala geisha. "Pertama, perhatikan area Anda menemukannya," tutur Avi. Kalau Anda berada di kawasan Kiyomizu dan sekitarnya, mungkin dia turis berkostum geisha. Lagipula, kalau memang dia adalah turis, biasanya orang tersebut akan berhenti dan mau berpose depan kamera. "Geisha asli tidak akan melakukan itu. Mereka, saat sudah berpakaian lengkap, tak ada waktu untuk berpose sama sekali," tambah Avi.
6. Jangan kaitkan dengan 'Memoirs of a Geisha'
Bicara soal geisha, banyak traveler ingat buku dan film berjudul 'Memoirs of a Geisha'. Film tersebut memang bicara soal kultur geisha di Jepang. Namun, kondisinya berbeda jauh dengan yang aslinya di Kyoto. "Memoirs of a Geisha adalah film fiksi, dan sama sekali tidak menggambarkan kehidupan geisha," tutur Avi.
7. Tak juga bertemu geisha? Ini caranya
Kalau Anda sudah 'nongkrong' di kawasan geisha dan mereka tak kunjung muncul, coba cara ini. Sore hari, datanglah ke ochaya (kedai teh) yang tersebar di berbagai penjuru Kyoto. Harganya memang agak mahal, namun inilah cara termudah bertatap muka dengan geisha. Salah satu tempat paling terkenal untuk bertemu geisha adalah Ichiriki Ochaya, yang sudah ada sejak 300 tahun lalu. Kalau mau merogoh kocek lebih, Anda bisa minta ruangan khusus untuk para tamu menghabiskan 90 menit bersama geisha. Harganya, mulai dari 100.000 Yen (Rp 11,7 juta) Opsi lebih murah adalah Gion Corner. Buka dari pukul 18.00 waktu setempat, traveler bisa melihat aneka pertunjukan geisha mulai dari upacara minum teh sampai tarian. Harga tiket masuknya 3.150 Yen (Rp 370.000) per orang.
8. Ketahui transportasi dan akomodasi di Kyoto
Ini yang paling penting agar agenda bertemu geisha berjalan lancar. Sebelum menyambangi Kyoto, cari informasi tempat menginap dan transportasi selama di sana. Carilah penginapan di daerah strategis untuk melihat geisha, terutama Gion di Higashiyama. Sedangkan untuk transportasi, traveler bisa menggunakan Kyoto Sightseeing Card (1.200 Yen atau Rp 140.000 untuk 1 hari), atau Traffica Kyoto Card (1.000 Yen atau Rp 117.000 untuk 1 hari).