Berita Jepang | Japanesestation.com

Jika berjalan melewati Senzoku 4-chome (千束四丁目) di Taito-ku (台東区) kini, kita akan disambut dengan suasana sepi. Sangat berbeda dengan suasana tempat itu saat zaman Edo dulu. Ya, dulunya, area ini merupakan sebuah red-light district alias kawasan prostitusi paling terkenal di Jepang, distrik Yoshiwara.

Nama Yoshiwara sendiri memiliki “gambaran” berbeda-beda. Ada yang menganggap bahwa distrik Yoshiwara merupakan pusat budaya romantis dan flamboyan layaknya lukisan ukiyo-e karya seniman Torii Kiyonaga dan Kitagawa Utamaro, ada yang menganggapnya sebagai lokasi pengembangan kabuki dan musik tradisional. Namun, ada juga yang menganggapnya sebagai pusat perdagangan wanita di mana zegen (germo) menjual putri-putri dari keluarga miskin ke dalam bisnis prostitusi.

Tidak ada yang salah. Semua hal yang disebutkan di atas itu benar. Nah, JS akan membahasnya satu per satu!

Fashion, Idol, Keluarga Miskin.

diistrik yoshiwara red light district jepang japanesestation.com
Peta area Distrik Yoshiwara (nippon.com)

Dilansir dari Nippon.com, pada tahun 1618 silam, keshogunan membuat 3 red light district, yaitu Yoshiwara di Edo (Tokyo), Shimabara (Kyoto) dan Shimnachi (Osaka). Ketiga distrik ini memiliki brothel, teahouse yang memperkenalkan para pria ke layanan prostitusi, dan ageya, sebuah tempat di mana pelanggan berpangkat tinggi dapat mengundang PSK.

Para PSK di sini mayoritas berasal dari keluarga miskin yang bekerja untuk melunasi uang yang diberikan brothel pada orang tua mereka. Banyak gadis muda yang mau tak mau harus digagahi pelanggan yang berbeda-beda sifatnya.

Saat Tokugawa Ieyasu mengembangkan Edo, ia membuat Moto-Yoshiwara (kini Nihonbashi Ningyōchō di Chūō) untuk membuat sebuah pusat prostitusi terorganisir untuk “menghibur” para pengikut daimyo yang biasa menghabiskan hidupnya di Edo dalam sistem sankin kōtai.

diistrik yoshiwara red light district jepang japanesestation.com
Sebuah gambar yang memperlihatkan seorang oiran dan kamuro (pelayan). Gaya rambut para oiran ini kerap ditiru para wanita saat itu. (nippon.com)

Nah, pada Zaman Edo sendiri hanya ada beberapa pekerjaan yang dapat dialkukan wanita dan bertahan hidup sebagai PSK di Yoshiwara dianggap sebuah opsi baik. Bahkan, di brothel besar, seorang kamuro (pelayan) atau (“pemagang”) dapat berkembang menjadi oiran (PSK tingkat tertinggi). Dan saat mereka berumur 27 tahun, masa kerja para wanita PSK akan berakhir, dan bagi para oiran, mereka bisa mendapatkan kebebasan dengan menjadi istri atau simpanan dari samurai dan pedagang kaya.

Ada fakta menarik, saat zaman Edo dulu, para oiran dianggap sebagai “idol.” Para pria selalu terpesona akan kecantikan para oiran meski hanya melihat gambarnya saja, sementara para wanita berlomba-lomba meniru gaya rambut dan pakaian para oiran.

Pusat Pertukaran Budaya

Yoshiwara juga kerap disebut-sebut sebgaai tempat yang menjadi awal bangkitnya berbagai kesenian tradisional Jepang, seperti kabuki, musik vokal, merangkai bunga, kyōka (puisi komik), puisi haikai, upacara minum teh, ukiyo-e, festival, kaligrafi, dan sumō.

Sebelum Restorasi Meiji, pemilik brothel di Yoshiwara memang mendukung aktivitas budaya. Mereka juga melatih para PSK karena oiran yang nantinya menikah dengan samurai dan pedagang kaya harus cerdas dalam hal budaya.  

Transformasi dan Akhir dari Yoshiwara

diistrik yoshiwara red light district jepang japanesestation.com
Lokasi Distrik Yoshiwara kini (itsyourjapan.com)

Berlakunya aturan yang memebebaskan semua PSK pada 1872 membawa sebuah transformasi budaya ke Yoshiwara. Penghapusan prostitusi publik, larangan perdagangan manusia, pengaturan kontrak layanan, dan pembatalan hutang membuat 20 brothel besar harus ditutup. 

Dan pada era Meiji (1868–1912), musik tradisional Yoshiwara pun ditolak karena dianggap tidak sejalan dengan modernisasi. Dan akhirnya, budaya Edo Yoshiwara pun terhapus setelah dikeluarkannya Undang-undang Anti Prostitusi pada 1957. Area tersebut menjadi lokasi terlupakan.

Dan kini, hanya ada beberapa hal yang mengingatkan kita bahwa Senzoku 4-chome adalah Distrik Yoshiwara, yaitu sebuah plakat yang menujukkan “Looking Back Willow Tree” (mikaeri yanagi 見返り柳), menggambarkan suasana saat pengunjung Yoshiwara mencapai pohon tersebut lalu melihat ke belakang sebelum pulang menuju rumahnya. Selain itu ada klinik Sasaki di selatan, sebuah klinik spesialisasi kebidanan, ginekologi, dan penyakit kelamin, tanda bahwa area tersebut merupakan tempat berdirinya Distrik Yoshiwara pada zaman Edo dulu. 

Sumber:

Japan Today

Nippon.com