Orang Jepang pada umumnya memiliki etika di meja makan yang ketat, seperti tidak boleh mengeluarkan suara saat sedang makan. Akan tetapi, orang Jepang memiliki kebudayaan yang bertolak belakang dengan etika di meja makan tersebut, yaitu menyeruput mie.
Pada tahun 2016 yang lalu, seorang pengguna Twitter dari Jepang yang tidak diketahui namanya memulai perdebatan mengenai “pelecehan terhadap mie”. Perdebatan ini membahas tentang budaya orang Jepang dalam menikmati mie, yaitu dengan cara diseruput. Tweet ini mengundang banyak pro dan kontra dari warga Twitter, dengan komen-komennya yang diretweet dan disebarkan secara luas. Maka muncullah sebuah pertanyaan, mengapa orang Jepang memiliki kebiasaan menyeruput mi?
Menurut Horii Yoshinori, seorang pakar mi dan pemilik kedai mi yang terkenal di distrik Azabu Jūban, Tokyo, menyeruput mi merupakan salah satu cara untuk menikmati aroma dari (mie) soba. Aroma dari soba sendiri lebih baik untuk dirasakan melalui mulut, bukan dari hidung.
“Contohnya seperti mori soba dingin, tidak akan ada aroma uap yang dapat dicium, akan tetapi jika kamu menyeruput mienya, maka kamu akan merasakan aroma yang meledak di mulutmu. Itulah cara yang benar dalam menikmati soba.” Ujar Horii.
Selain penjelasan dari Horii, terdapat sebuah sejarah yang menggambarkan mengapa budaya menyeruput mie menjadi sebuah hal yang lazim dan menjadi pengecualian dari etika meja makan orang Jepang.
Soba pertama kali muncul dalam catatan sejarah pada awal zaman Edo (1603-1868). Pada akhir abad ke-17, banyak kedai-kedai soba yang mulai dibuka di kota Edo yang berkembang pesat (sekarang Tokyo). Soba awalnya disarankan sebagai menu tambahan bersama dengan udon, namun soba kemudian menggantikan posisi udon sebagai makanan khas Edo. Menuju akhir zaman Edo, terdapat kira-kira 700 kedai soba di Edo.
Orang-orang di Edo sendiri seringkali membeli soba di kaki lima, atau pedagang keliling yang menjual soba. Memang terdapat banyak kedai soba berkelas tinggi dimana para samurai dan orang-orang penting makan, namun soba lebih banyak dijual sebagai makanan kaki lima, sehingga menjadikannya makanan rakyat biasa. Selain itu, karena soba merupakan makanan kaki lima, banyak orang-orang biasa yang mampir ke kedai soba untuk makan setelah pulang dari kantor menuju ke rumah, atau saat hendak bepergian ke suatu tempat. Orang-orang ini juga seringkali makan sambil berdiri, sehingga etika di meja makan menjadi terlupakan.
Budaya menyeruput mie datang dari kebiasaan ini, etika makan di meja makan biasanya digunakan jika makan ke tempat-tempat yang mewah atau berkelas, namun karena orang-orang memakan soba di kaki lima, maka kebiasaan ini terus menyebar, dan terbawa hingga sekarang. Kebiasaan menyeruput mie ini mempengaruhi cara orang Jepang makan ramen atau mie-mie lainnya.