Pada Selasa (3/11) lalu, JCII Camera Museum di Tokyo menggelar sebuah pameran permanen, memamerkan kamera dan item-item lain yang digunakan oleh Kyoichi Sawada, seorang fotografer legendaris Jepang. Nah, siapa sebenarnya Kyoichi Sawada? Apa yang mmebuat fotografer Jepang ini spesial? Mari kita telusuri.
Kyoichi Sawada (沢田教) adalah seorang fotografer Jepang yang dikenal dengan jasanya mengabadikan brutalnya Perang Vietnam pada tahun 1965 silam. Fotografer kelahiran 22 Februari 1936 ini juga tergabung dalam United Press International (UPI) dan berhasil mendapatkan penghargaan Pulitzer Prize 1966 atas fotografi perangnya pada Perang Vietnam. Bahkan, dua dari hasil fotonya sempat terpilih sebagai “World Press Photos of the Year” pada tahun 1965 dan 1966.
Nah, sebelum ia melakukan tugasnya di Vietnam, Sawada sempat bekerja di sebuah toko fotografi di sebuah markas militer Amerika Serikat di Misawa sambil mempelajari fotografi. Pada tahun 1961, ia pun pindah ke Tokyo dan memulai karirnya sebagai fotografer untuk kantor berita UPI cabang Tokyo.
Saat Perang Vietnam dimulai, Sawada terus meminta UPI untuk memindahkannya ke Indocina, namun permintaannya itu ditolak dengan alasan bahwa perang tersebut adalah konflik milik Amerika. Akhirnya, pada Februari 1965, ia menggunakan hari liburnya untuk pergi ke Vietnam dan melaporkan konflik tersebut sendirian. Hasil foto-fotonya akhirya membuat UPI memindahkannya ke biro mereka di Saigon. Setelah itulah ia memenangkan World Press Photo of the Year Award, Pulitzer Prize, dan Overseas Press Club, bahkan dua fotonya memenangkan US Camera Achievement Award, dengan foto pertama menunjukkan sebuah keluarga Vietnam lari menyeberangi sungai untuk menghindari serangan bom Amerika Serikat. Sementara itu, foto kedua menunjukkan seorang tentara Amerika dari divisi infantri pertama menyeret mayat seorang pahlawan Viet Cong ke sebuah pemakaman di belakang M113 armored personnel carrier mereka setelah ia tewas dalam sebuah pertempuran malam antara batalyon Viet Cong dan tentara Australia dalam Battle of Long Tan pada 18 Agustus 1966.
Pada tahun 1968, UPI menugaskan Sawada ke kantor mereka di Hong Kong, di mana ia bertugas sebagai seorang editor gambar. Namun, karena Sawada tak cocok dengan tugas kantoran, ia akhirnya kembali ditugaskan ke Vietnam. Saat itulah, ia mendokumentasikan foto-foto Battle of Hue pada 1968 dan berhasil mendapatkan foto dari Lance Corporal Don Hammons setelah ia terluka akibat serangan musuh dan meninggal beberapa menit kemudian.
Pada Maret 1970, ia mulai mendokumentasikan situasi di Kamboja. Dan pada 26 Oktober di tahun yang sama, Sawada mengajukan diri unruk membawa kepala kantor UPI baru di Phnom Penh, Frank Frosch, dari Route 2 Kamboja menuju Chambak, pos paling selatan tentara Kamboja. Namun, menurut laporan majalah Times pada 9 November 1970, sekitar pukul 5:30 sore waktu setempat, para tentara Kamboja mendengar bunyi tembakan dan segera melakukan investigasi. Saat itu, mereka menemukan sebuah mobil berwarna biru yang dipenuhi peluru dan hancur menabrak sebuah pohon. Keesokan paginya, mayat Frosch dan Sawada pun ditemukan dengan kondisi mengenaskan, keduanya dipukuli di area leher dan kepala lalu ditempak berulang kali di dada. Namun, karena tak ada jejak darah di dalam mobil, eksekusi tersebut diduga dilakukan setelah terjadinya tabrakan.
Setelah kematiannya, fotografer legendaris Jepang yang semasa hidupnya dikenal sebagai pribadi pantang menyerah, tak kenal takut, serta selalu berhati-hati dan kerap menggunakan helm saat memotret di area perang ini mendapat penghargaan Robert Capa Gold Medal dari Overseas Press Club.
Kembali ke soal pameran di JCII Camera Museum, di tahun peringatan ke 50-tahun meninggalnya Kyoichi Sawada ini, museum tersebut akan memamerkan 15 benda, termasuk kamera, sebuah helm besi, dan sebuah kartu identitas dari Departemen Pertahanan Amerika Serikat yang ia gunakan saat berada di area perang. Benda-benda ini didonasikan ke museum oleh sang istri, Sata, pada akhir tahun lalu.
Museum ini juga menyimpan negatif dari sekitar 30.000 foto karya Kyoichi Sawada yang belum dipublikasikan dan tengah menyortir foto-foto ini ke dalam bentuk digital. Selain foto-foto perang, ada beberapa kehidupan sehari-hari dan senyuman anak-anak di Vietnam, Kamboja, dan Prefektur Aomori, tanah kelahirannya, yang tertangkap kamera. Pihak museum pun berencana untuk memamerkan foto-foto tersebut dalam sebuah pameran di tahun 2022 mendatang.
Nah, itulah sekilas tentang Kyoichi Sawada, fotografer Jepang yang mengabadikan brutalnya Perang Vietnam!
Sumber: