Kira-kira apa yang akan kalian lakukan jika suatu barang rusak? Membuangnya? Atau mencoba memperbaikinya dulu? Tapi, jika barang tersebut adalah barang favorit, pasti kita mencoba memperbaikinya terlebih dahulu kan? Nah, untuk membuatnya terlihat “sempurna” kembali, biasanya kita akan menggunakan bahan seperti lem, clay atau produk lain yang membuatnya terlihat layaknya baru. Dan ternyata, proses memperbaiki barang rusak ini mirip dengan “Kintsugi,” sebuah kerajinan tradisional Jepang yang telah ada sejak berabad-abad lalu. Bedanya, kerajinan ini mengajarkan bahwa benda hancur bukanlah obyek untuk disembunyikan, melainkan untuk dipajang dengan rasa bangga. Nah, “kin” dari “kintsugi” berarti “emas” yang menandakan bahwa kesenian emas untuk menyatukan pecahan-pecahannya.
Nah, biar gak bingung, yuk kita cari tahu tentang kintsugi!
Sejarah Kintsugi
Kintsugi ternyata punya sejarah panjang yang emmbawa kita ke abad 15 lalu. Menurut suatu teori, shogun Jepang Ashikaga Yoshimasa, shogun ke-8 dari Keshogunan Ashikaga, mengirimkan kembali sebuah mangkuk teh le Cina untuk diperbaiki. Sayangnya, mangkuk itu datang dalam keadaan sangat buruk. Karena itu, sang shogun memikirkan cara agar agar barang pecah itu terlihat lebih baik. Saat itulah pengrajin utusannya menemukan cara estektik untuk menyambungkan kembali bongkahan mangkuk: dengan menggunakan pernis yang dicampur dengan emas.
Teknik ini menghasilkan sebuah sebuah garis cantik berwarna emas, menampakkan “luka” benda itu. Karena keindahannya, teknik kerajinan ini pun menjadi populer, membuat banyak kolektor tak segan-segan menghancurkan pot keramik mereka hanya untuk memperbaikinya dengan menggunakan teknik kintsugi!
Berbagai Desain Kintsugi
Menyambungkan kembali produk keramik dan tembikar sangat bergantung terhadap kondisi barang tersebut. Hal inilah yang membuat mengapa ada banyak sekali gaya dan desain kintsugi. Jika semua potongan lengkap, kita tinggal menyatukannya kembali dengan emas. Namun, jika salah satu bagiannya hilang, berarti kita harus mencari penggantinya dengan cara mengisi bagian yang kosong dengan emas atau pernis urushi, sehingga dapat mengisi bagian yang hilang.
Pernis urushi sendiri berasal dari Rhus Verniciflua, sebuah pohon yang dapat tumbuh mencapai 15 meter. Tak hanya itu, bagian yang kosong tersebut juga dapat diisi oleh obyek lain yang sempurna untuk menambalnya. Hingga kini, teknik perbaikan ini memakan waktu yang sangat lama, karena itulah teknik ini sangat dihargai masyarakat Jepang!
Berikut video bagaimana seorang pengrajin memperbaiki barang dengan kintsugi:
Intinya, kintsugi merupakan salah satu teknik yang memicu ketertarikan orang-orang di masa lalu dan terbawa hingga kini. Hal ini membuat orang-orang dapat membuat sebuah kreasi unik lewat mereparasi barang. Kintsugi juga memberikan pesan manis bagi semua orang di dunia bahwa kita tak perlu membuang benda rusak sekaligus mengajarkan kita untuk menjadi tangguh. Jadi, di saat kita menghadapi pengalaman kurang mengenakkan, kita harus bisa menghadapinya dengan sabar dan tetap kuat, karena meski kita dibuat “hancur,” pengalaman tersebut akan membuat kita makin berharga, layaknya kintsugi!
Nah, itulah sekilas tentang kintsugi, seni memperbaiki barang ala Jepang!