Lekat berakar dengan kebudayaan Jepang terutama praktik kepercayaan Shinto, Noragami telah menjelma menjadi manga dan anime yang begitu populer lewat cerita dan karakter-karakternya yang menarik hingga season 2-nya, Noragami Aragoto yang sudah hampir mendekati akhir. Tapi, apakah kalian penasaran, sebenarnya ada legenda-legenda apa sih di balik dewa-dewi dalam Noragami dan seperti apa 'wujud' asli mereka dalam kepercayaan Shinto yang sebenarnya?
Tak memiliki teks tertulis yang berperan sebagai kitab suci seperti agama-agama lainnya, Shinto lebih didasarkan pada kepercayaan bahwa entitas-entitas supernatural bernama 'kami' ada di dunia dalam berbagai perwujudan. Dahulu, 'kami' disembah untuk mencegah mereka marah dan mendatangkan bencana, namun sekarang, praktik ini lebih diasosiakan dengan kehidupan sehari-hari, misalnya memohon agar lulus ujian, dsb. Mengunjungi kuil bahkan sudah menjadi bagian dari kultur Jepang sendiri yang biasa marak dilakukan di hari-hari besar tertentu seperti malam Tahun Baru, upacara pernikahan atau kelahiran, dan berbagai festival (matsuri).
Para pengunjung kuil juga bisa memberikan donasi yang secara tradisional biasanya berupa koin ¥5. Mengapa 5 yen? Karena 5 yen (go en) terdengar seperti 'go-en' alias frase yang menandakan pemberian penghormatan. Karena itulah Yato sangat terobsesi dengan koin 5 yen, karena yang ia hargai adalah nilai simbolis berupa penghormatan yang selalu ia dambakan.
Berbeda seperti tempat ibadah agama-agama lainnya, kuil-kuil Shinto adalah rumah bagi dewa-dewi, di mana kamar atau ruangan yang terdalam biasanya tertutup untuk publik karena menyimpan artefak suci yang mewakili dewa/dewi yang dimaksud. Banyak pula kuil-kuil mini yang terdapat di sisi-sisi jalan dan mungkin sudah familiar dengan kalian para penggemar manga dan anime. Lebih mirip dengan mitologi Yunani, Shinto mengenal banyak sekali kami yang biasanya mewakili berbagai aspek alam dan kehidupan di dunia (dewa matahari, laut, kelahiran, dsb), dan tidak ada satu pun dari mereka yang memiliki kendali penuh atas apa yang benar dan salah.
Seperti pendapat Tenjin soal Hiyori, manusia memang tak seharusnya berurusan atau mencampuri dunia para kami, karena banyak di antara mereka yang sebenarnya adalah arwah mereka yang sudah meninggal. Shinto percaya akan adanya kehidupan setelah kematian, di mana area-area afterlife yang muncul dalam Noragami adalah tokoyo, takamagahara, dan yomi yang semua punya legendanya masing-masing.
Tokoyo adalah konsep yang paling kabur, sebagai 'dunia lain' tempat kami tinggal yang dideskripsikan sebagai sebuah daratan di seberang lautan. Dalam Noragami, tokoyo disebut sebagai 'the far shore' yang misterius dan diasosiasikan dengan tempat asal ayakashi, entitas kelas youkai alias jenis kami yang lebih mendekati monster, karena 'ayakashi' sendiri sebenarnya adalah hasil permainan kata yang mengacu pada lautan.
Takamagahara adalah khayangan seperti gunung Olympus dalam mitologi Yunani, tempat di mana para kami yang mempunyai kuil tinggal, dan dalam Noragami, semakin populer dan banyak pemujanya suatu kami, semakin besar dan megah pula tempat tinggal mereka.
Izanagi dan Izanami
Dunia yang terakhir adalah yomi atau underworld, tempat yang dikunjungi Yato untuk menyelamatkan Ebisu dalam arc Noragami yang terbaru. Yomi paling dikenal sebagai tempat salah satu kami terpenting, Izanami, dikurung. Menurut kepercayaan Shinto, Izanami dan Izanagi adalah wanita dan pria pertama di dunia, di mana Izanami menjadi ibu bagi sebagian besar kami dan kepulauan Jepang. Namun, ia akhirnya tewas saat melahirkan kami api, hingga Izanagi pergi ke yomi untuk mengambil kembali arwah sang istri. Namun, ternyata Izanami yang sudah makan makanan yomi tidak bisa meninggalkan dunia tersebut, dan betapa ngerinya Izanagi saat mendapati wajah sang istri yang cantik sudah membusuk karena yomi. Ia pun menjerit dan berlari ke luar dengan Izanami yang marah mengejarnya.
Meskipun Izanami membangun pasukan arwah untuk mengejarnya, Izanagi berhasil keluar dan menutup gerbang yomi dengan batu. Ia lalu menceraihkan Izanami dengan berteriak melalui batu tersebut, kemudian ia mandi untuk memurnikan kembali dirinya, di mana tubuhnya kemudian memproduksi 3 kami yang paling penting: dewa matahari Amaterasu, dewa bulan Tsukiyomi, dan dewa badai Susanoo. Izanami yang sangat kesepian dalam Noragami bisa beralih rupa menjadi orang-orang terdekat dari para tamunya untuk membuat mereka nyaman dan bersedia tinggal dengannya. Ebisu memanggilnya 'ibu' karena memang dalam legenda, ia adalah anak pertama Izanagi dan Izanami.
Ebisu
Semula bernama Hiruko, Ebisu banyak diceritakan lahir tanpa lengan, kaki atau tulang. Karena ia tidak bisa berdiri, kedua orangtuanya menghanyutkannya di sebuah perahu. Namun, ia secara ajab mampu menumbuhkan tangan, kaki, dan tulang di dalam perahu dan menjelma menjadi Ebisu, pelindung para nelayan dan pedagang. Berbeda jauh dengan penampilannya dalam Noragami yang seperti businessman, Ebisu umumnya digambarkan sebagai seorang pria tua bertubuh tambun yang periang. Pun begitu, tetap ada beberapa karakteristik Ebisu dalam Noragami yang mengacu pada gambaran aslinya: sangat sulit membuatnya marah karena ia adalah pribadi yang easy-going, ia juga sangat kikuk karena riwayat masa kecilnya, hingga salah satu shinki-nya harus mengendalikan tubuhnya untuk membuatnya bisa bertarung dengan benar. Ebisu juga adalah salah satu dari 7 Dewa Keberuntungan, kelompok dewa yang paling dipuja di Jepang.
Bishamonten
Berbeda dengan Ebisu yang adalah dewa keberuntungan asli Jepang, dewa-dewi 7 Dewa Keberuntungan lainnya banyak yang bersumber dari figur-figur asal Cina dan India. Salah satunya adalah Bishamonten yang berasal dari salah satu Four Heavenly Kings dalam agama Buddha, Vaisravana. Nama panggilan Kazuma untuk Bishamon, Veena, berasal dari versi lain nama tersebut, Vessavana. Tentu saja gambaran Shinto untuk Bishamon jauh berbeda dengan wanita bule seksi di Noragami. Wujud dewa pelindung yang membasmi kejahatan ini adalah pria ber-armor yang memegang sebilah tombak dan sebuah pagoda yang memuat pakaian-pakaian perang dan seluruh harta karunnya. Kekayaan ini digambarkan dalam Noragami dengan begitu banyaknya shinki yang dimiliki Veena.
Tenjin
Beberapa dewa Shinto dulunya adalah manusia, seperti Tenjin yang dahulu adalah seorang pria yang hidup di abad ke-9 bernama Sugawara no Michizane. Ia adalah seorang politisi cerdas yang terpelajar, tapi karirnya hancur oleh keluarga Fujiwara yang adalah pemimpin pada saat itu. Setelah kematian Michizane dalam pengasingan, ibukota pun dilalap badai yang luar biasa, sampai banyak keluarga Fujiwara yang tewas. Pihak kerajaan menyimpulkan ini dikarenakan arwah Michizane yang marah, hingga mereka mengembalikan gelar-gelarnya, menjadikannya dewa, dan bahkan mendirikan kuil baginya. Semula dianggap sebagai dewa bencana, reputasinya berubah seiring dengan para ahli sejarah yang menemukan hasil-hasil tulisannya. Sungguh beruntung ya Tenjin! Kala arwah orang-orang biasa berkeliaran sampai mereka diadopsi menjadi shinki atau berakhir menjadi monster, Tenjin sukses menjelma menjadi salah satu dewa yang paling dicintai, paling kaya, dan dipuja para siswa yang banyak minta bantuan padanya sebelum ujian.
Berbeda dengan dewa-dewi tersebut Yato dan Kofuku adalah karakter fiktif yang diciptakan khusus untuk Noragami. Bagaimana menurut kalian? Dewa-dewi Noragami mana yang paling kalian sukai?