Berita Jepang | Japanesestation.com

Seven Eleven Jepang dikabarkan akan mengakhiri masa operasi 24-jam nya di beberapa outlet dikarenakan sulitnya mencari pekerja untuk shift malam. 8 toko akan mulai memotong jam operasinya dari tanggal 1 November.

Beberapa toko lainnya juga mungkin akan ikut mengurangi masa operasinya dari 200 toko yang sedang melakukan uji coba dengan jam operasi yang lebih pendek. “Kami akan berbicara dengan para pemilik toko mengenai guideline baru. Dan mereka yang akan membuat keputusan untuk masalah pengurangan jam kerja,” ungkap Fumihiko Nagamatsu, Presiden dari Seven Eleven Jepang dalam konferensi pers.

Seven Eleven Jepang Akan Menghentikan Masa Operasi 24-Jam Karena Kurangnya Pekerja di Beberapa Outlet
(gambar: Seven Eleven Japan)

Seven Eleven Jepang memutuskan untuk mengurangi jam operasi setelah pemilik franchise di Osaka mengurangi jam operasinya tanpa persetujuan dari operator franchise dikarenakan kekurangan tenaga kerja.

Seven Eleven adalah mini market dengan jumlah terbanyak di Jepang dan menerapkan 24 jam masa operasi dari tahun 1975, hal ini ditujukan untuk menambah efisiensi seperti melakukan restock pada saat larut malam.

Kekurangan tenaga kerja ini juga menjadi ancaman yang serius bagi industri lainnya seperti restoran, konstruksi, dan juga perawat. Tenaga kerja di Jepang diproyeksikan akan turun 20% pada tahun 2040 dari tahun 2017 akibat dari populasi Jepang yang semakin menurun, namun hal ini bisa dikurangi dengan banyaknya wanita dan orang tua yang bekerja seperti yang ditunjukkan oleh penelitian pemerintah Jepang.

Diantara beberapa mini market utama di Jepang, FamilyMart juga mengatakan bahwa sebanyak 612 tokonya sedang uji coba untuk mengurangi jam operasi, dan perusahaannya akan memutuskan apakah akan mengurangi masa operasi 24-jam nya atau tidak setelah masa uji coba berakhir.

Lawson juga mengatakan 100 tokonya telah menghentikan beroperasi pada larut malam, dan menurut kontrak dengan pemilik franchisenya juga tidak membutuhkan untuk beroperasi 24-jam. Dan untuk mengatasi kekurangan tenaga kerjanya, perusahaan telah memutuskan untuk menutup sekitar 100 toko pada awal tahun baru 2020.

  Featured image: Asia Nikkei