Jepang terkenal dengan makanan lautnya, namun para ahli baru-baru ini memperingatkan bahwa negara kepulauan tersebut bisa saja tidak memiliki ikan dalam tiga dekade mendatang.
Pada tahun 2050, Jepang diprediksi akan mengalami krisis ikan, menurut para ahli. Data baru yang dirilis pada hari Jumat menunjukkan bahwa panen ikan dalam negeri mencapai rekor terendah tahun lalu, menandai tahun ketiga penurunan.
Jepang Krisis Ikan pada Tahun 2050?
Jepang memanen ikan paling sedikit pada tahun 2023 dan mungkin tidak akan menangkap ikan sama sekali pada tahun 2050.
Profesor Katsukawa Toshio dari Tokyo University of Marine Science and Technology adalah seorang ahli dalam bidang akuakultur dan perikanan. Ia mengatakan bahwa hasil tangkapan ikan di Jepang terus mengalami penurunan dan akan mencapai titik nol pada tahun 2050.
Pada tahun 2023, Jepang menangkap sekitar 3,7 juta ton ikan, menurut data yang dirilis pada hari Jumat oleh Kementerian Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan (MAFF). Angka tersebut turun selama 3 tahun berturut-turut dan anjlok 4,3% dari tahun 2022.
Hasil tangkapan ikan saat ini hanya 30% dari empat dekade lalu pada tahun 1984 ketika penangkapan ikan mencapai puncaknya. Dengan laju seperti saat ini, Jepang dipastikan akan alami krisis ikan.
Jepang dilengserkan oleh Tiongkok
Jepang merupakan rumah bagi industri perikanan terbesar di dunia hingga Cina mengklaim gelar tersebut pada tahun 1988.
Berkurangnya kebebasan untuk menangkap ikan di laut dalam dan daerah lepas pantai berkontribusi pada kejatuhan Jepang setelah konsep ZEE diperkenalkan pada Konferensi Hukum Laut Perserikatan Bangsa-Bangsa Ketiga (1973-1982). Faktor-faktor lain yang berkontribusi adalah perubahan iklim, yang telah meningkatkan suhu air laut, dan penangkapan ikan yang berlebihan.
Uoya Toshinori dari Badan Perikanan mengatakan, “Jika Jepang mengelola sumber dayanya secara ketat, kami tidak akan berada dalam situasi seperti sekarang ini.”
Jepang Makan Lebih Sedikit Ikan
Tidak hanya kehilangan posisinya sebagai produsen ikan terbesar, Jepang juga menjadi konsumen ikan yang lebih sedikit.
Pergeseran dari pola makan yang kaya akan ikan tidak hanya disebabkan oleh hasil tangkapan yang lebih sedikit, tetapi juga meningkatnya harga ikan impor di tengah ekonomi yen yang lemah. Nilai tukar memiliki dampak yang signifikan terhadap impor ikan, karena Jepang mendapatkan lebih dari 40% ikan dari luar negeri.
Dalam kasus ikan saury Pasifik, rumah tangga Jepang mengonsumsi ikan 90% lebih sedikit dibandingkan tahun 2009. Sementara itu, konsumsi ikan di Cina telah meningkat 50% dalam 50 tahun terakhir.