Berita Jepang | Japanesestation.com

Jika mendengar kata “fotografi kereta” yang terbayang di kepala tentu kegiatan yang damai, harmless dan hanya memotret sambil mengagumi indahnya pemandangan yang dilewati. Sayangnya, kenyataannya tak demikian, malah, banyak laporan adanya perlakuan kasar di mana para fotografer mendorong dan memaki-maki satu sama lain di kereta yang padat.  Dan pada 25 April lalu, tensi di seksi fotografi para otaku kereta yang dikenal dengan “toritestu” meningkat terlalu tinggi dan membuat seorang anak muda menderita luka serius di kepala dan si pelaku harus diciduk atas tuduhan penyerangan.

Insiden ini terjadi di platform di Stasiun JR Nishi-Kawaguchi di Kota Kawaguchi, Prefektur Saitama. Sekitar 10 otaku kereta mencoba untuk mengambil gambar sebuah kereta rapid-transit di jalur terbatasnya menuju Ashikaga Flower Park di Prefektur Tochigi  untuk event tahunan Wisteria Festival.

Kendati demikian, seorang pemuda berusia 19 tahun, si tersangka, mencari masalah dengan seorang siswa SMP. Ia ingin mengambil alih tempat siswa SMP itu berdiri untuk mengambil gambar dan menyuruhnya pindah. Saat siswa SMP itu menolak, pelaku mulai mendorong dan menggertaknya.

Tapi, bukan anak itu yang menjadi korban.

Seorang siswa SMP lain yang juga ada di sana untuk mengabadikan kereta dalam film malah mengarahkan kameranya ke pertengkaran tersebut. Setelah sekitar 40 detik, tersangka melihat kamera itu dan memukul siswa SMP yang sedang merekam, menyebabkan dia jatuh ke tanah dan mematahkan tengkoraknya. Hal ini menyebabkan tersangka dan teman-temannya melarikan diri dari tempat kejadian.

Di hari yang sama, berita tentang penyerangan itu pun menyebar dan video yang diambil korban pun mulai menjamur di media sosial. Lalu, pada 27 April, tersangka terlihat oleh staf Stasiun Nishi-Kawaguchi dan dibawa ke pihak berwajib.

Berikut video berita terkait penangkapan:

Tersangka mengatakan bahwa ia memang akan menyerahkan diri karena ia melihat seluruh coverage dan tahu bahwa ia tak bisa lagi sembunyi. Kendati demikian, ia membantah semua tuduhannya dan mengatakan: “Saya tak bermaksud memukulnya.”

Meskipun kurangnya niat dapat membantu kasusnya, netizen lebih khawatir bahwa usianya pada akhirnya akan membuatnya lolos. Batas usia dewasa di Jepang memang akan diturunkan dari 20 menjadi 18 tahun pada 2022, namun kini karyawan perusahaan berusia 19 tahun itu secara teknis masih di bawah umur, yang akan memengaruhi pemrosesan dan catatan kriminalnya di masa mendatang.

“Fakta bahwa ia masih berusia 19 tahun adalah bagian paling menyedihkan.”

“Dia adalah orang dewasa berdasarkan standar apapun kecuali angka, dan ia diberi keuntungan anak-anak.”

“Setidaknya ia akan dipecat.”

“Wha? 19 itu masih minor?!”

Kejadian ini jelas tidak membuat masyarakat umum tertarik pada toritetsu. Faktanya, tidak ada satu pun komentar yang menyatakan keterkejutan bahwa penyerangan semacam itu terjadi di antara anggota komunitas ini. Sayang disayangkan memang, padahal hobi itu terbilang cukup menarik. Namun, sepertinya diperlukan pembatasan baik dari pemerintah atau perusahaan kereta api untuk menanggulanginya sebelum keadaan bertambah buruk.