Hari Kamis (31/12) menandai peringatan 20 tahun sejak terjadinya kasus pembunuhan sadis yang menewaskan 4 orang keluarga di kediamannya di Distrik Setagaya. Mirisnya, hingga 20 tahun lamanya, kasus yang dikenal senagai “kasus pembunuhan Setagaya” ini masih belum terpecahkan. Lantas, bagaimana pihak kepolisian menyikapinya? Apakah mereka menyerah mengejar sang pelaku?
Ternyata tidak. Meski hingga kini masih belum ada tersangka, Kepolisian Metropolitan Tokyo masih berkeinginan kuat untuk menangkap pelaku.
“Ini adalah kasus yang harus diselesaikan,” ujar Yasunori Hirose, mantan kepala investigasi kasus tersebut pada NHK beberapa waktu lalu.
Untuk mengingatkan teman-teman tentang apa yang terjadi saat itu,mari kita kembali ke 20 tahun lalu. Pada hari itu, 31 Desember 2000, Mikio Miyazawa (44), istrinya Yasuko (41), dan dua anak mereka, Niina (8) dan Rei (6) ditemukan di dalam rumah mereka di area Kamisoshigaya. Hasil investigasi pun menemukan bahwa si pelaku berjenis kelamin pria, mencekik Rei dan menikam tiga orang anggota keluarga lainnya sebelum tubuh para korban ditemukan pada malam harinya.
Berdasarkan barang bukti yang ditemukan di TKP, kepolisian menemukan bahwa si pelaku diperkirakan mengenakan celana berwarna gelap, kaos lengan panjang, scarf, topi, sarung tangan, dan sepatu olahraga. Ia membawa sebuah fanny bag dan sebilah pisau. Ia juga diperkirakan memiliki tinggi sekitar 170 centimeter dengan tubuh kurus dan bergolongan darah A.
Analisis DNA
Pihak kepolisian juga berencana untuk menggunakan analisis DNA dari bahan yang ditemukan di TKP dan teknologi termutakhir untuk menggambarkan wajah dan penampilan pelaku. Sebelumnya, kepolisian mengatakan bahwa hasil dari analisis DNA menunjukkan bahwa pelaku adalah keturunan Asia dan sang ibu berasal dari Eropa selatan.
Pada Sabtu lalu, sekitar 40 petugas dari Kantor Polisi Seijo juga membagikan brosur beriri indormasi terkait kasus tersebut pada penumpang di Stasiun Seijogakuen-mae. Sebuah manekin dengan pakaian mirip pelaku pun dipajang di stasiun.
Dalam brosur tersebut, dituliskan bahwa ada hadiah sebesar 20 juta yen bagi mereka yang memberi informasi yang mengarah pada pelaku.
Kaos lengan panjang, bukti paling “menarik"
Pihak kepolisian meyakini bahwa pembunuhan tersebut terjadu pada 30 Desember malam. Dan berdasarkan sidik jari serta bukti lainnya, ia diyakini telah memakan es krim dan mengakses komputer milik keluarga Miyazawa. Ia pun meninggalkan rumah itu keesokan paginya.
Hirose, sang mantan investigator mengatakan pada NHK bahwa barang bukti paling menarik saat itu adalah kaos lengan panjang berwarna biru dan putih. Saat itu, ada 4 toko di Tokyo yang menjualnya.
“Kaos itu sangat khas,” ujar Hirose.
“Saat itu, kaos seperti itu sangat populer di kalangan anak muda dan mereka memakainya untuk berolahraga, berjalan-jalan, atau tidur. Kami telah meminta pabrik asal Cina untuk membuatnya kembali dan mendistribusikannya ke kantor polisi dan beberapa lokasi lain di Tokyo untuk mengumpulkan informasi dari masyarakat.
“Menyakitkan”
Hirose kerap berkunjung secara rutin ke TKP untuk berdoa.
“Di sana ada sebuah piano, dan saya emmbayangkan Yasuko-san mengajari Niina-chan dan Rei-kun bagaimana cara memainkannya,” ujarnya.
“Ia terlihat seperti seorang wanita muda yang aktif, jadi mungkin ia akan mengajari anak-anaknya memainkan piano.” tambahnya.
Sejak investigasi dimulai, pihak kepolisian telah mengumpulkan 14.000 informasi dari masyarakat. Sayangnya, pelaku masih belum tertangkap hingga kini.
Ibu Miyazawa, Setsuko (89) pun berharap agar kasus ini dapat dipecahkan saat ia masih hidup.
“Setiap saya melihat foto keluarga mereka, kenangan buruk itu kembali. Rasanya menyakitkan,” ujarnya pada Yomiuri Shinbun pada 29 Desember lalu.
Hirose sendiri mengungkapkan rasa sesalnya karena kasus tersebut tak kunjung selesai. Namun, ia yakin kasus ini akan segera mencapai titik terang.
“Dengan kemajuan teknologi, saya yakin kepolisian akan menangkap pelakunya suatu hari nanti,” kata dia.
Ia juga meminta masyarakat untuk terus memberikan infiormasi sekecil apapun.
“Saya mohon, berikan semua yang kalian bisa. Kami menerima informasi sekecil apapun,” ujarnya.