Berita Jepang | Japanesestation.com

Setelah sekitar 7 tahun berdiri, turbin angin terapung pertama dunia yang terpasang di area lepas pantai Prefektur Fukushima akan dicabut, membuat para penyintas Gempa Bumi Besar dan Tsunami Tohoku pada Maret 2011 silam kecewa akan keputusan pemerintah Jepang tersebut.

Melansir Mainichi, turbin yang disebut "Fukushima Mirai (masa depan)," tersebut terpasang di area Laut Pasifik, sekitar 20 kilometer dari kota Naraha di Prefektur Fukushima dan diperkenalkan ke hadapan publik pada Oktober 2013, sekitar 2,5 tahun serelah bencana gempa bumi dan tsunami memicu hancurnya Fukushima Daiichi Nuclear Power Station yang dioperasikan oleh Tokyo Electric Power Co. (kini Tokyo Electric Power Company Holdings Inc.). Turbin ini merupakan instalasi pertama di ladang angin lepas pantai yang tengah dibanbun oleh pemerintah Jepang.  Dan seperti namanya, turbin tersebut dipandang sebagai “masa depan” Fukushima dengan memperkenalkan energi alami bertenaga angin.

turbin angin fukushima japanesestation.com
Turbin angin di Fukushima (japantimes.co.jp)

Namun, pada sebuah pertemuan di kota Fukushima pada 16 Desember 2020 silam, operator perikanan lokal melontarkan pertanyaan keras kepada pejabat di Badan Sumber Daya Alam dan Energi, menanyakan, "Apa yang akan terjadi pada simbol rekonstruksi ? " dan "Tidak bisakah Anda memanfaatkan fasilitas?"

Ya, pada hari itu, pejabat Badan SDA mengumumkan bahwa pemerintah akan menarik proyek "Ladang Angin Lepas Pantai Terapung Fukushima,” termasuk  turbin Fukushima Mirai di dalamnya.

Sebelumnya, satu tahun setelah bencana terjadi, Badan SDA meluncurkan percobaan demonstrasi dengan tujuan untuk mengkomersialkan proyek pembangkit tenaga angin lepas pantai. Kemudian, turbin 2-megawatt Fukushima Mirai dipasang, diikuti oleh "Fukushima Shinpu (angin baru)" (7 MW) dan "Fukushima Hamakaze (angin pantai)" (5 MW). Sekitar 60 miliar yen pun dihabiskan untuk proyek tersebut yang merupakan "simbol rekonstruksi" setelah bencana nuklir.

Sebelum diluncurkan, proyek ini mendapat tentangan keras dari operator perikanan lokal yang berargumen bahwa jaring dan peralatan lain yang digunakan dalam pukat dapat tersangkut pada kabel bawah laut yang menghubungkan fasilitas terapung ke darat. Namun, mereka akhirnya menerima proyek tersebut setelah mempertimbangkan pembatasan sukarela dalam penangkapan ikan setelah bencana nuklir dan harapan bahwa turbin angin akan menghidupkan wilayah tersebut dengan menjadi objek wisata.

"Kami ingin menjadikan proyek ini sebagai pelopor dari energi terbarukan dan simbol Rekonstruksi Fukushima sambil hidup berdampingan dan sejahtera dengan operator industri perikanan," ucap Kazuyoshi Akaba, Wakil Menteri Ekonomi, Perdagangan dan Industri Jepang saat itu dalam sebuah upacara peresmian turbin Fukushima Mirai pada November 2013 silam.

turbin angin fukushima japanesestation.com
Turbin angin di Fukushima (japantimes.co.jp)

Sayangnya, serangkaian gangguan menghantam ketiga turbin angin tersebut, membuat Fukushima Shinpu harus dibongkar pada 2018 silam. Tak hanya itu, dua turbin lain yang dianggap tak menguntungkan pun akan dibongkar pada tahun fiskal mendatang yang dimulai pada April 2021.

Terlepas dari kehancuran proyek ini, pejabat Badan SDA menekankan pentingnya proyek tersebut dengan mengatakan, "Kami memperoleh data penting. Kami ingin memanfaatkannya di masa mendatang." Namun, banyak penduduk setempat yang kecewa dan menganggapnya sebagai "kegagalan.”

turbin angin fukushima japanesestation.com
Turbin angin di Fukushima (nytimes.com)

Yoshinori Sato (62), anggota koperasi perikanan Prefektur Iwaki sebelumnya telah berusaha membujuk operator perikanan lokal untuk menerima proyek pembangkit listrik tenaga angin tersebut, berharap turbin akan menghilangkan citra bencana nuklir. Tentu saja keputusan untuk mengakhiri proyek tersebut hanya membuatnya kecewa.

"Uang pajak dihabiskan untuk itu," keluhnya.

Pendapat serupa juga dikemukakan oleh seorang eksekutif perusahaan lokal yang telah mengantisipasi manfaat yang akan diberikan oleh ladang angin di wilayah tersebut.

"Kami memiliki impian untuk menjadikan perairan di lepas pantai Fukushima mewakili ladang angin Jepang dan untuk memacu terciptanya lapangan kerja dan menambah pengetahuan orang-orang tentang pembangkit listrik tenaga angin. Namun, impian tersebut harus pupus tanpa ada hasil nyata,” ujarnya.