Minum alkohol mungkin menjadi hal yang biasa di Jepang. Tetapi tentu tidak ketika di kelas. Sekolah di Jepang dikenal menerapkan peraturan yang ketat, dan salah satu aturan paling umum yang diterapkan oleh sebagian besar sekolah adalah kebijakan dilarang minum selama jam pelajaran. Dan bukan hanya siswa yang dilarang minum selama kelas, tetapi juga guru, mengingat bahwa mereka harus menjadi teladan yang baik bagi anak-anak.
Sayangnya, tidak semua guru peduli untuk memberi contoh yang baik, seperti yang dibuktikan oleh salah satu guru sekolah dasar di Prefektur Okinawa baru-baru ini. Menurut dewan pendidikan prefektur, guru berusia 51 tahun itu tidak sekadar meminum air atau jus saat mengajar, dia ditemukan telah meminum alkohol selama kelas! Insiden itu terjadi pada dua kesempatan, dengan guru meminum sekaleng chu-hai (minuman beralkohol) saat kelas pada 22 Februari, dan kemudian pada 26 Februari, saat para siswa sedang mengerjakan tugas individu.
Berbagai macam merek chu-hai ada di pasaran, dan meskipun tidak diketahui yang mana yang diminum oleh guru tersebut, seorang siswa di kelas pada saat itu mengenali kaleng tersebut sebagai minuman beralkohol dan melaporkannya kepada guru lain pada tanggal 26 Februari. Saat ditanyai oleh sesama staf, guru tersebut mengaku meminum alkohol di kelas, mengungkapkan penyesalannya dan mengatakan bahwa dia "meminumnya secara spontan."
Pada 15 April, Dewan Pendidikan Prefektur Okinawa mengatakan kepada media bahwa guru tersebut telah didisiplinkan dengan pengurangan gaji sepuluh persen selama tiga bulan, sesuai dengan Undang-Undang Pelayanan Publik Lokal. Kepala dewan pendidikan prefektur juga meminta maaf atas tindakan guru tersebut, dengan mengatakan bahwa itu adalah perilaku yang tidak benar bagi seorang pegawai negeri dalam sistem pendidikan. Dia juga mengatakan dewan akan berusaha untuk memulihkan kepercayaan dan mencegah terulangnya kejadian itu dengan memperketat tindakan disipliner untuk staf dan memastikan implementasi menyeluruh dari Undang-Undang Pelayanan Publik di seluruh sekolah di wilayah tersebut.
Memulihkan kepercayaan seharusnya menjadi prioritas utama untuk dewan pendidikan di seluruh Jepang saat ini, mengingat guru sekolah dasar lain di Jepang baru-baru ini didisiplinkan karena menyembunyikan sepatu siswa dan menuliskan kata "mati" di barang-barang mereka