Berita Jepang | Japanesestation.com

Bunga sakura, simbol musim semi Jepang, mulai bermekaran lebih awal dari perkiraan di tengah suhu musim dingin yang lebih panas di bulan Februari. Puncak musim bunga sakura di Jepang biasanya jatuh pada bulan Maret dan April saat seluruh jalan di perkotaan dihiasi oleh bunga-bunga merah muda dan putih yang bermekaran indah.

Beberapa varietas bunga sakura seperti bunga Kawazu, mekar di awal musim, biasanya pada akhir Februari. Meskipun begitu menurut Weather.com, bunga-bunga sakura di Kota Kawazu, tempat dimana varietas bunga tersebut berasal, menunjukkan bahwa bunga-bunga sakura di sana mekar penuh pada pertengahan Februari.

Jalan-jalan di Kawazu tahun ini terlihat ditutupi dengan bunga-bunga merah muda yang tampak berada di puncak musimnya, dengan kekhawatiran bahwa bunga-bunga itu akan mulai layu lebih cepat, sebelum festival bunga sakura berakhir. Di Jepang, ramalan mekarnya bunga sakura merupakan bagian integral dari perayaan musim semi di negara tersebut.

Bunga-bunga di Tokyo juga diperkirakan akan mekar lebih awal lagi tahun ini setelah musim dingin yang sejuk dan musim semi yang hangat di Jepang, di tengah suhu global yang memanas.

Dampak dari Krisis Iklim

Yasuyuki Aono of Osaka Metropolitan University
Yasuyuki Aono, peneliti dari Osaka Metropolitan University, yang meneliti tentang tanggal berbunga bunga sakura (National Geographic)

Krisis iklim dan pemanasan suhu di wilayah perkotaan telah berdampak pada tanggal mekarnya bunga sakura di Jepang. Krisis iklim dan pemanasan suhu di wilayah perkotaan telah mendorong periode berbunga "puncak mekar" selama 11 hari, kata para peneliti dari Met Office di Inggris Raya dan Osaka Metropolitan University di Jepang dalam sebuah penelitian pada tahun 2022.

Akibat krisis iklim dan pemanasan suhu di wilayah perkotaan, para ilmuwan mengamati bahwa suhu musim dingin rata-rata di Jepang telah meningkat beberapa derajat sejak zaman pra-industri. Pemanasan global, sebagian besar didorong oleh pembakaran bahan bakar fosil, mendorong suhu yang sangat tinggi pada tahun 2023, menjadikannya sebagai tahun terpanas sepanjang sejarah. 

Musim dingin yang lebih sejuk di Jepang terjadi di tengah tren serupa yang terlihat di seluruh dunia. Setelah tahun 2023, suhu rata-rata global melonjak lebih tinggi. Hal ini didorong oleh panas yang dihasilkan dari polusi iklim yang disebabkan manusia dan fenomena cuaca El Nino, 

Pakar iklim Maximiliano Herrera, ahli yang mengawasi catatan cuaca global melalui media sosial, mencatat kasus suhu ekstrem di bulan Februari. Dia menyebut "Ini adalah peristiwa paling ekstrem dalam 150 tahun sejarah iklim Jepang,"

Musim semi tidak hanya memiliki makna budaya, tetapi juga menjadi daya tarik wisata utama. Menurut perkiraan tahun 2019 dari Universitas Kansai, diperkirakan 63 juta orang bepergian ke Jepang untuk melihat bunga sakura, menghabiskan sekitar $2,7 miliar dalam perjalanannya.