Berita Jepang | Japanesestation.com

Asakusa dikenal sebagai salah satu daya tarik utama Jepang. Alasannya, bukan hanya karena Kuil Sensoji dan gerbang Kaminari-nya yang ikonik, tapi juga karena Asakusa menjadi rumah dari berbagai makanan lokal Jepang lezat, hotel unik dan souvenir tradisional Jepang yang cantik. Sayangnya, bisnis-bisnis di sekitar area Asakusa kini terancam bahaya.

Yang lebih menyedihkan, pandemi hanyalah salah satu alasannya. Memang, penurunan penjualan akibat menurunnya turis membuat toko-toko di sekitar Sensoji merugi, tapi, kini ada ancaman lain yang lebih besar: pemerintah setempat.

asakusa jepang japanesestation.com
Kaminari-mon (pakutaso)

Asakusa memiliki banyak shopping street dan yang paling terkenal adalah jalanan di belakang gerbang Kaminari yang mengarah menuju kuil, Nakamise-doori, yang dipenuhi dengan berbagai toko souvenir dan stand camilan. Pada tahun 2017 silam, para pedagang di area ini memang sempat kaget akibat naiknya harga sewa, namun, yang dalam bahaya kali ini bukanlah mereka, tapi, mereka yang berjualan di area Kuil Sensoji dan tetangganya, Kuil Denboin, di Denboin-doori.

Berikut Denboin-doori di Google Maps.

Toko-toko di Denboin-doori merupakan bangunan bergaya Edo dan umumnya dioperasikan oleh keluarga yang sama selama berdekade-dekade.  Mereka menjual produk tradisional Jepang layaknya kipas, sisir dan jepit, serta pakaian buatan tangan. Tempat ini adalah tempat terbaik bagi turis internasional untuk menemukan souvenir atau hadiah sermpurna bagi orang-orang tersayang, bahkan, beberapa orang mengatakan bahwa tempat ini lebih baik disbanding Nakamise-doori, yang kerap dipenuhi orang.

Nah, ancaman datang saat pemerintah Distrik Taito menyatakan bahwa toko-toko tersebut merupakan usaha illegal meski mereka telah berdiri sejak lama. Pemerintah mengatakan bahwa mereka menduduki tanah publik, dan toko-toko tersebut tak mendapat izin untuk berdiri di tempat itu. Di sisi lain, para pemilik toko mengklaim bahwa mereka telah mendapat izin sejak bertahun-tahun lalu dan tak pernah lupa untuk membayar sewa dan pajak, namun pemerintah nampaknya tak memiliki catatan terkait hal tersebut. Dan setelah berbagai pertemuan serta peringatan disebarkan, Distrik Taito pun menyerukan penggusuran.

Guna mempertahankan bisnis turun temurun keluarga mereka, Association for Business Prosperity on Asukusa Denboin-doori pun membuat petisi pada Mei lalu yang telah mengumpulkan lebih dari 7.000 tanda tangan. Penduduk setempat juga menyatakan dukungannya dengan mengklaim bahwa penggusuran tersebut akan mengakibatkan hilangnya sejarah dan budaya yang berharga. Netizen Jepang juga umumnya mengungkapkan hal serupa:

“Apakah penggusuran itu ada manfaatnya?”

“Aku benar-benar tak mengerti mengapa mereka baru mempermasalahkannya sekarang? Toko-toko itu telah ada sejak dulu.”  

“Biarkan saja mereka membayar pajak dan sewa lalu biarkan mereka berbisnis.”

“Pemerintah lah sumber masalahnya karena telah membiarkan mereka berdiri secara illegal selama 40 tahun.”

“Mengapa harus menyelesaikannya dengan penggusuran? Aku tak tahan dengan drama di kampong halamanku ini.”

“Berikutnya giliran Nakamise-doori.”

Kendati demikian, beberapa netizen berspekulasi bahwa pemerintah mungkin memiliki alasan:

“Tapi, bukankah aneh jika pemerintah terus membiarkan toko-toko tersebut berdiri bertahun-tahun. Padahal pemerintah telah mengirimkan peringatan setidaknya 10 kali kan?”

“Mungkin mereka melakukan proses bertahap, mulai dari sebuah black market setelah perang hingga stand lalu toko permanen, menandakan adanya perubahan meski mereka tak bisa membiarkannya lolos.”

 “Menurutku ada perjanjian verbal dari pemerintah era Showa, dan itulah masalahnya.”

Asosiasi berencana untuk mengirimkan petisi pada pemerintah dengan harapan bahwa mereka akan berpikir ulang, namun karena pemerintah telah mencoba memperingatkan mereka sejak tahun 2014, entahlah apa yang akan terjadi. Kita hanya bisa berharap ada solusi terbaik bagi kedua belah pihak kan?