Berita Jepang | Japanesestation.com

Kasus kekerasan seksual (atau disebut juga Sekuhara) di Jepang merupakan suatu sorotan yang mencolok, tidak hanya di Jepang, namun juga di mancanegara. Isu-isu kekerasan seksual, terutama di kereta yang penuh sesak, sering menjadi topik pembicaraan, keluhan, maupun perhatian masyarakat Jepang.

Menurut kantor kabinet Biro Kekerasan Seksual Jepang, tingkat pelaporan kekerasan seksual di Jepang meningkat sebanyak 15%. Hal ini dikarenakan maraknya pelecehan seksual via media sosial selama pandemi COVID-19 oleh para pelaku-pelaku kekerasan seksual via daring yang memanfaatkan media sosial untuk mencari korban.

Sementara, menurut Menteri Kesetaraan Gender Seiko Hashimoto, demi meringankan kerugian fisik dan mental dari para korban kekerasan seksual, penting untuk menawarkan bantuan fisik dan psikologis kepada korban segera setelah kejadian. Beliau juga menekankan pentingnya dukungan pemerintah akan isu ini.

Kabar baiknya, di tengah angka kekerasan seksual yang sedang meningkat ini, dua wanita Jepang menginisiasi sebuah gerakan media sosial dengan tagar #ActiveBystander. Kampanye ini tidak ditayangkan di televisi secara masif, namun lebih marak dalam penyebaran via media sosial.

Bystander sendiri memiliki arti "seseorang yang berada di tempat kejadian namun tidak berbuat apa-apa". Kampanye ini berfokus untuk meningkatkan kesadaran masyarakat yang menyaksikan kekerasan seksual di depan matanya sendiri, dan memancing mereka dengan pertanyaan "anata dattara, dou shimasuka?" (Jika Anda ada di posisi saya, apa yang akan Anda lakukan?".

Video ini menampilkan enam adegan dari kasus kekerasan seksual yang paling sering terjadi; pertama, rok yang difoto diam-diam dari bawah oleh pelaku kekerasan seksual, penabrakan seorang perempuan oleh butsukariya (orang yang sengaja menabrak perempuan di tengah hiruk-pikuk kerumunan stasiun), pengendara sepeda yang memegang payudara pejalan kaki, laki-laki yang memaksa perempuan untuk jalan dengannya, laki-laki yang menaruh obat tidur pada minuman perempuan di bar, dan atasan yang merangkul bawahannya dengan seenaknya dan minta dilayani.

Video kampanye #ActiveBystander dengan dua juta views dalam lima hari pertama penanyangan ini bisa kamu saksikan di sini: 

Setiap transisi dari video pada menit-menit awal diisi dengan bentuk ketidakpedulian bystander yang menyaksikan kejadian sebagai sudut pandang orang pertama, dan abai terhadap keadaan korban. Namun kemudian, keadaan berganti menjadi sudut pandang orang ketiga, di mana seorang laki-laki dengan kaos putih akhirnya terus membantu korban-korban kekerasan seksual di sekitarnya dan mengubah situasi.

Video kampanye ini dibuat pada 11 Oktober 2020 dalam rangka Hari Perempuan dan Anak Internasional dari PBB. Kampanye #ActiveBystander sendiri diinisiasi oleh Shiori Onuki, seorang istri dan edukator seks, bersama seorang penulis dengan nama pena Artesia.

Diharapkan kampanye ini dapat meningkatkan kesadaran masyarakat Jepang terhadap kasus kekerasan seksual, terutama kesadaran para bystander untuk bertindak, mengintervensi kasus kekerasan seksual, dan memberi bantuan terhadap korban kekerasan seksual.

Sumber: