Berita Jepang | Japanesestation.com

Mungkin Anda sering berpikir, bekerja di Jepang tampaknya menggiurkan. Selain gajinya tinggi, bekerja di lingkungan yang serba canggih seolah akan membuat hidup Anda tampak sempurna. Namun apa yang Anda pikirkan mungkin akan berubah jika mendengar kisah salaryman.

Kisah salaryman, pekerja keras yang rela mati di Jepang
Salaryman tertidur di kereta. ©2012 Merdeka.com/Flickr

Salaryman, merupakan sebutan bagi seseorang di Jepang yang pendapatannya berbasis gaji. Salaryman ini biasa ditemukan di perusahaan korporasi. Mereka bergaji rendah, padahal bekerja setengah mati, tanpa uang lembur, dan tanpa kepastian kenaikan pangkat meski telah bekerja puluhan tahun. Sulitnya mendapatkan pekerjaan membuat orang Jepang terpaksa harus bertahan untuk menjadi salaryman, terutama lulusan baru yang terus dikejar-kejar masalah finansial. Maklum, biaya hidup di Jepang memang terbilang ekstrem, semua serba mahal. Kaum pekerja keras kelas menengah ke bawah yang hidupnya serba pas-pasan adalah jenis salaryman di Jepang. Mereka terus mempertahankan pekerjaannya, lembur siang dan malam, bahkan sampai rela mati. Istilah rela mati tersebut dalam Jepang disebut karoshi (death from overwork).

Seperti yang dilaporkan situs Facts and Details, karoshi bisa disebabkan karena kecelakaan di tempat kerja, kematian karena terlalu lelah, atau bahkan bunuh diri akibat tidak tahan menghadapi tekanan di tempat kerja. Salah satu kasus karoshi yang cukup fenomenal adalah Kenichi Uchino yang pingsan dan kemudian meninggal ketika bekerja. Kejadian tersebut dikarenakan Uchino yang bekerja lembur 80 jam setiap bulan tanpa gaji tambahan. Padahal pria tersebut tergolong masih muda, usianya baru 30 tahun.

Menurut situs canada.com, salaryman memang sering mengorbankan kehidupan pribadi mereka demi keuntungan perusahaan. Ironisnya, pihak perusahaan seolah tidak menghargai kerja keras mereka. Kasus Uchino tersebut merupakan diduga karena kelelahan bekerja. Bayangkan saja, rata-rata salaryman memang hanya tidur empat jam saja dalam sehari.

Salah seorang warga Jepang Takashi, menuturkan jadwal sehari-harinya sebagai salaryman melalui blog miliknya, seperti yang dikutip dari situs Seek Japan. Setiap pagi, Takashi bangun jam setengah enam pagi. Satu jam kemudian, ia mulai naik kereta untuk ke kantor. Perjalanan memakan waktu cukup lama, sekitar 1,5 jam. Sehingga Takashi baru sampai di kantor jam delapan pagi. Takashi selesai bekerja pukul sembilan malam. Meskipun begitu, ia selalu menyempatkan diri untuk mengikuti pesta alkohol. Pesta minum-minum ini biasanya dilakukan karena tuntutan atasan atau teman-teman kerja yang lain. Pesta tersebut berakhir sampai tengah malam. Takashi kemudian pulang melalui kereta lagi, lantas sampai di rumah jam setengah dua.

Bisa dibayangkan, apabila salaryman setiap hari melakukan rutinitas serupa, dari hari Senin sampai Sabtu, betapa lelahnya mereka. Belum lagi dihitung jadwal lembur yang tidak bisa diduga. Kelelahan karena bekerja ini pun membuat para salaryman sering tertidur selama perjalanan berangkat atau pulang dari bekerja ketika di kereta. Mereka akan terus melakukan gaya hidup yang berat seperti itu hanya demi menyambung hidup. Kini Anda mungkin bisa bernapas lebih lega dan banyak bersyukur, betapa pekerjaan Anda jauh lebih ringan daripada salaryman di Jepang.

Tidak selamanya rumput tetangga selalu tampak lebih hijau bukan?