Mengapa orang Jepang, terutama kalangan muda usianya kini malas menikah, apalagi punya anak? Sementara survei 2011 menunjukkan, 61% pria dan 49% wanita tidak menikah yang berusia 18-34 tahun. Lalu survei tahun 2013 untuk wanita yang berusia 16-24 tahun, sebanyak 45% tidak berminat menikah. Survei dilakukan Asosiasi Perencanaan Keluarga Jepang (JFPA). "Benar sekali anak muda Jepang saat ini malas atau enggan untuk menikah, baik laki maupun wanita. Yang lelaki tampaknya seperti ingin menjadikan wanita seperti pet (Red.: Binatang Peliharaan). Sementara yang wanita punya perasaan dan punya segalanya, tak menikah pun bisa merasa kuat berdiri sendiri, hidup sendiri," kata papar Ai Aoyama (53) Penasehat seks Jepang terkenal, khusus kepada Tribunnews.com. "Kedua orang baik laki maupun perempuan punya dunia sendiri, masing-masing, dan merasa suduh cukup senang hidup sendiri. Kalau bersama malah mungkin tambah repot dan apalagi kalau punya anak terasa menjadi beban, banyak biaya dan kesusahan lain. Itulah yang ada di pikiran anak muda sekarang sehingga males menikah, apalagi punya anak," papar Ai Aoyama. Aoyama yang sudah pernah ke berbagai negara di Asia, tetapi belum pernah ke Bali, menyatakan keinginannya ke Bali dalam waktu dekat, "Saya dengar Bali indah sekali. Saya mau tahu kehidupan anak muda Indonesia dan perkawinan mereka pula," paparnya lagi. Aoyama melihat mungkin anak muda Jepang perlu diubah pola pikirnya, "Mereka perlu diubah pola pikirnya. Kalau anak dianggap sebagai beban mungkin bisa diubah seperti orang Indonesia, bahwa anak justru berkah dari Tuhan sehingga punya anak tidak seperti terbebani tetapi malah jadi suatu kebahagiaan. Ide yang baik itu," lanjutnya. Saat ini orang Jepang yang muda-muda dianggapnya seperti manusia tertutup, manusia Hikikomori. Artinya, fenomena menyendiri, menarik diri dari kehidupan sosial, hidup dalam dunianya sendiri, mengisolasi diri. Sebuah fenomena sosiologis secara umum beserta orang sekitarnya yang termasuk kelompok masyarakat ini, menjadi kelompok yang penyendiri. "Itulah sebabnya muncul para Otaku, maniak yang misalnya gila game, merasa cukup senang dengan seks sendiri hanya melihat permainan atau tontonan tiga dimensi, misalnya, seolah bisa bersetubuh dengan wanita bayangannya, impiannya di situ. Jadi hidup tidak dalam realitas." Selain itu mereka bekerja punya banyak uang, hidup sendiri bebas bisa menggunakan uangnya sendiri, bisa ke tempat PSK dengan bebas, bisa ke mana-mana dengan bebas, sudah merasa bahagia tampaknya, sehingga jadi segan untuk menikah, karena malah akan merasa terkekang kehidupannya. Aoyama sendiri pernah dua kali menikah dan cerai. Pernikahan pertama karena lelakinya dianggapnya sangat keterlaluan terlalu sangat mengatur kehidupannya. Tetapi lelaki keduanya karena terlalu baik, sementara diakuinya dirinya menyeleweng, sehingga suaminya diperkenalkan kepada temannya, dan menikah dengan temannya, "Saya bahagia cerai dengan dia karena dia kawin dengan teman yang saya perkenalkan," paparnya lagi. Sehari-harinya Aoyama memberikan konsultasi seks kepada umum dengan tarif 30 menit seharga 5.000 yen dan satu jam 10.000 yen. Bagi yang tertarik konsultasi seks dengannya silakan lihat situsnya di: http://blog.livedoor.jp/aiaoyama/ Sayangnya semua informasi situsnya itu hanya dalam bahasa Jepang saja, "Silakan telpon saya setiap saat selama jam kerja saya terima baik kalau masuk dalam jadwal kerja saya," ungkapnya lagi.