Survei yang dilakukan oleh pemerintah Kota Metropolitan Tokyo, Jepang pada hari Senin, 29 Januari 2018 lalu menunjukan bahwa sekitar 4.000 homeless di Tokyo diduga berlindung dan tinggal sementara di internet 24 jam dan kafe manga sepanjang hari kerja.
Lebih dari 70%, atau sekitar 3.000 orang diperkirakan merupakan pekerja temporer atau pekerja serabutan. Usia paling umum dari para cyber homeless tersebut adalah orang dewasa yang berusia 30 dan 50an, dengan persentase masing-masing sebanyak 38,5% dan 27,9%
Seorang pejabat pemerintah Tokyo menyatakan bahwa banyak homeless berusia 30-an yang telah kehilangan pekerjaan setelah krisis keuangan global 2008, sementara banyak di antara mereka yang berusia 50-an tidak memiliki rumah karena kesulitan mencari pekerjaan dan kalah bersaing dengan para pencari kerja yang berusia lebih muda.
Survei tersebut telah dilakukan diantara bulan November 2016 dan Januari 2017 di 502 warnet dan kafe manga yang dibuka di Tokyo, namun hanya 222 kafe saja yang merespon.
Dari 946 orang yang disurvey ketika menghabiskan malam di kafe, 37,1% dari mereka mengatakan bahwa mereka sedang menjalani perjalanan bisnis, 25,5% lainnya mengatakan bahwa mereka tidak memiliki alamat permanen atau tempat untuk tidur.
Pemerintah kota Tokyo menemukan dari 15.300 pengguna warnet dan kafe manga, 4.000 diantaranya merupakan homeless.
Pemerintah Tokyo juga mewawancarai 363 pengguna kafe yang tidak memiliki tempat tinggal permanen dan menemukan bahwa 43,8% dari mereka juga terkadang tidur di jalan. 46,8% pengguna kafe mengatakan bahwa pendapatan bulanan mereka berkisar antara 110.000 yen sampai 150.000 yen, sementara 10,7% mengatakan bahwa mereka tidak memiliki pendapatan sama sekali.
Penasaran dengan kehidupan para homeless di Jepang? Berikut cuplikannya :
(featured image : Japan Times)