Berita Jepang | Japanesestation.com

Musim semi adalah musim yang sangat sibuk di Jepang. Bermula dari Bulan Maret yang menjadi akhir tahun ajaran dan juga saat perusahaan-perusahaan menutup pembukuan mereka. Kemudian pada bulan April,  siswa-siswa di Jepang memulai upacara masuk sekolah yang menandai awal yang baru. Sementara lulusan perguruan tinggi yang baru mulai bekerja untuk mencari nafkah.  Bulan ini juga merupakan waktu ketika perusahaan merotasi staf mereka ke posisi baru, yang sering kali mengharuskan karyawan untuk pindah ke bagian lain di negara ini.

Saat memasuki Bulan Mei, periode liburan panjang Golden Week terjadi, yang berlangsung dari akhir April hingga awal Mei. Setelah kembali dari liburan, sebagian mahasiswa dan profesional mulai menunjukkan gejala Gogatsubyou, atau secara harfiah berarti penyakit bulan Mei. 

Sejarah Gogatsubyou

Universitas di Jepang
Ilustrasi Ujian Masuk Universitas di Jepang

Istilah gogatsubyō pertama kali muncul pada akhir tahun 1960-an di Universitas Tokyo. Pada saat itu, Jepang sedang menikmati periode pertumbuhan ekonomi yang sangat pesat, dan terdapat persaingan yang semakin ketat untuk mendapatkan tempat terbatas di universitas-universitas terbaik di Jepang yang nantinya akan menjamin karir yang menguntungkan setelah lulus.

Para mahasiswa baru di institut bergengsi ini telah mengalami berbulan-bulan belajar tanpa henti untuk menghadapi ujian masuk, dan setelah mencapai tujuan mereka, beberapa di antaranya mengalami kelelahan saat bulan Mei tiba.

Gejala May Blues

Pekerja yang mengalami kelelahan (Alamy/The Economist)
Pekerja yang mengalami kelelahan (Alamy/The Economist)

Kondisi ini sering disebut dalam bahasa Inggris sebagai May blues dan dapat muncul dengan sendirinya dalam beberapa cara, termasuk kelesuan secara umum atau serangan depresi dan kecemasan yang serius. Gogatsubyou pada awalnya diciptakan untuk menggambarkan penurunan musiman dalam kondisi mental mahasiswa, tetapi sekarang digunakan untuk menggambarkan kegalau-an umum yang memengaruhi seluruh masyarakat Jepang.

Tidak jelas apa yang sebenarnya memicu May blues, tetapi umumnya diyakini bahwa perubahan jadwal yang tiba-tiba dan stres karena harus mempelajari hal-hal baru di kantor atau sekolah baru. Saat dihadapkan dengan lingkungan baru, beberapa orang merasa motivasi mereka menurun atau menjadi pendiam.

Gejala-gejala ini cenderung muncul setelah Golden Week, yaitu hari libur nasional yang berlangsung dari Hari Shōwa pada tanggal 29 April hingga Hari Anak pada tanggal 5 Mei, yang memberikan jeda sejenak dari hiruk pikuknya tahun ajaran dan tahun bisnis yang baru. Namun, ketika kembali bekerja atau belajar di kelas, banyak orang yang merasa sulit untuk kembali bersemangat setelah liburan selama seminggu. Orang tua mungkin mendengar anak-anak mereka mengeluh tidak ingin pergi ke sekolah dan karyawan perusahaan mungkin merasa sulit untuk fokus pada tugas-tugas yang diberikan.

Meskipun sering kali hanya merupakan penyakit musiman, kondisi ini dianggap sebagai gangguan penyesuaian diri dan dalam kasus-kasus serius dapat menyebabkan masalah kesehatan mental yang berkepanjangan, ketidakhadiran yang kronis, dan bahkan penarikan diri dari pergaulan, seperti pada kasus hikikomori.

Meskipun May blues bukanlah gangguan resmi, sekolah dan perusahaan semakin serius dalam menangani masalah kesehatan mental, termasuk dengan menyediakan konselor untuk membantu orang mengatasi stres di tempat kerja dan di kelas.