Motomachi Kyujo merupakan sebuah pub Jepang bergaya izakaya di Hokkaido yang mengusung pesan anti-perang dan anti-kekerasan saat melayani pengunjung dengan sake tradisional Jepang. Pemilik pub yang sudah berusia 62 tahun, Chiharu Ishikawa, meneguhkan dirinya sebagai sebagai seseorang yang anti perang. Pub itu sendiri merupakan pub kecil karena tak sampai melayani 12 pengunjung yang merupakan batas sebuah pub dikatakan penuh.
Izakaya sendiri merupakan tempat yang biasanya didatangi selepas kerja, di mana tiap pengunjung bisa makan-minum bersama. Pub-pub jenis izakaya ini cukup populer di Jepang dan juga cukup menonjol karena kebiasaan memasang lentera merah di pintu mereka.
Kembali ke soal Ishikawa yang mempromosikan perdamaian dengan sangat jelas lewat namanya yang memuat pesan "cinta damai". Nama pub itu sendiri secara harfiah artinya "Pasal 9", yang merupakan klausul anti-perang dalam konstitusi pasifis pasca-perang Jepang. Dirinya mengadopsi kembali ideologi tersebut saat Perang Vietnam berlangsung. Ishikawa begitu mendukung pasal yang mengharuskan Jepang untuk meninggalkan perang. Menurutnya, Jepang telah melakukan kesalahan dengan menjadi bagian dari perang tersebut lewat membiarkan wilayah Jepang dijadikan sebagai markas pasukan militer, yang mana hal itu menyalahi pasal 9 tersebut.
Pemilik pub tersebut dengan santainya menjelaskan arti nama pub tersebut kepada para pelanggan tetapnya, dan itu memberikan kesempatan untuk membagikan ideologi tersebut yang telah ia perjuangkan begitu lama. Ishikawa tertawa saat menceritakan bagaimana para pengunjungnya begitu terkejut sewaktu mengetahui arti nama pubnya. Serta dirinya juga mengingatkan kembali bahwa sake yang mereka minum memiliki rasa yang nikmat karena Jepang kini berada dalam situasi damai. Dia juga akan terus menyebarkan cinta akan sake dan pasal 9 tersebut ke tiap pengunjung pubnya, khususnya hari-hari dimana pemerintah Jepang coba menyesuaikan kembali interpretasinya akan ideologi anti perangnya tersebut. Katanya, "Aku ingin membuat pencapaianku ini menjadi sebuah showroom untuk perdamaian, lalu terus menyebarkan kata tersebut."