Musibah gempa bumi dan tsunami pada tahun 2011 di Jepang meninggalkan banyak reruntuhan dan memicu krisis terburuk dalam satu generasi. Di samping itu kunjungan pariwisata juga menurun drastis. Masih lekat dalam ingatan, bencana besar di Fukushima membayangi dan menghancurkan harapan wisatawan untuk berkunjung ke Jepang. Dampaknya, mata uang Yen semakin melemah. Tapi kini, pemerintah Jepang ingin bangkit dan berencana memperbaiki serta mengembangkan kembali sektor pariwisata. Tahun lalu, Tokyo bahkan berhasil meraih rekor dengan jumlah pengunjung internasional mencapai 13.410.000, dua kali lipat dari jumlah pengunjung tahun 2011. Berbagai cara dan upaya akan dilakukan oleh otoritas pariwisata Jepang untuk menarik 20 juta wisatawan, menyusul akan diselenggarakannya Olimpiade pada tahun 2020. Seperti dilansir News.au, sejak Perdana Menteri Shinzo Abe meluncurkan tawaran untuk memulihkan ekonomi Jepang pada awal 2013, Yen telah turun 20 persen terhadap Euro dan sekitar 40 persen pada dolar AS. Hal tersebut membuat segala sesuatu yang ada di Jepang lebih murah bagi pengunjung. "Kami memeriksa di internet dan melihat semua yang ada di Jepang semakin murah dari sebelumnya dan kami memutuskan untuk pergi ke Jepang," ujar Arnaud Cornillet, pengunjung asal Prancis. Target realistis Jepang pada tahun ini adalah menarik 15 juta pengunjung, yang akan dibantu oleh berbagai sektor terutama di bidang pariwisata daerah. Upaya lainnya adalah meningkatkan toko-toko mewah di distrik perbelanjaan Ginza Tokyo dengan harga yang relatif murah. "Orang-orang telah memahami bahwa bepergian dan tinggal di sini tidak akan menimbulkan masalah, selama Anda menghindari area terbatas di sekitar nuklir Fukushima," ujar Menteri Pertanahan Infrastruktur, Transportasi dan Pariwisata (PITP) Jepang Akihiro Ohta. Selain itu Pariwisata Jepang juga berniat mempermudah wisatawan asing datang ke Jepang dengan mengeluarkan visa kunjungan secara cepat.