Di musim panas, banyak orang Jepang yang memanfaatkan libur musim panas untuk bermain ke pantai. Bisa dibilang, pantai identik dengan musim panas. Bagi penduduk Kyushu Selatan, terutama di wilayah prefektur Miyazaki, salah satu pantai yang sering dijadikan tujuan wisata di musim panas adalah Aoshima.
Pantai Aoshima bukanlah pantai yang paling indah di sekitar situ, namun, yang membuat Aoshima sangat unik adalah keberadaan pulau Aoshima, yang merupakan tempat adanya sebuah kuil bernama Aoshima Shrine.
Sebuah pulau kecil, Aoshima dan pulau Kyushu dihubungkan dengan sebuah jembatan dengan pemandangan ombak laut di kanan-kirinya. Salah satu hal yang unik di Aoshima adalah, pengunjung dapat menaiki bemo untuk mengitari pulau Aoshima.
Setelah melewati jembatan dan Torii dengan pemandangan laut di belakangnya, kita bisa langsung berjalan ke kuil utamanya yang jaraknya tidak terlalu jauh. Seakan menguatkan kesan liburan musim panas, hal pertama yang akan terlihat setelah memasuki gerbang luar kuil ini adalah bahwa kuil tersebut menjual juga es serut atau kakigoori, di samping pernak-pernik khas kuil Shinto pada umumnya.
Dengan gerbang utama dan kuil utama yang desainnya lebih menyerupai kelenteng, mungkin jika bukan karena kotak persembahan dan altar yang terlihat, orang tidak akan menyangka bahwa ini adalah sebuah kuil Shinto.
Di samping desain kuilnya, hal unik lain dari kuil ini adalah bahwa berbeda dengan kebanyakan kuil yang mungkin hanya menyediakan 1-2 jenis kuji, kuil ini menyediakan banyak jenis kuji atau ramalan. Hal lain yang unik dari kuil ini adalah, kuil ini menyediakan tempat untuk menggantung ema (papan untuk menulis harapan) berbentuk lorong di jalan menuju salah satu kuil kecil dalam kompleksnya.
Kalian yang berkesempatan untuk mengunjungi Kyushu Selatan di musim panas, jangan lupa mengunjungi Aoshima ya, karena selain kuil, di Aoshima ada pantai rekreasi dan Botanic Garden juga. Jadi seperti kata peribahasa, sambil menyelam minum air, sambil rekreasi di pantai kita bisa mempelajari budaya Jepang juga! (Text by Nom de Plume, kontributor Japanese Station yang tinggal di Jepang) [Foto-foto koleksi pribadi]