Berita Jepang | Japanesestation.com

Nelayan Jepang kembali melakukan perburuan paus secara komersil pada Senin (1/7). Perburuan ini adalah yang pertama kalinya dalam 31 tahun terakhir. Jepang yang mengundurkan diri dari International Whaling Commission (IWC) memicu kemarahan dari kelompok lingkungan.

Meski skala perburuan paus terbilang kecil dan jauh dari perairan yang dilindungi secara internasional, hal ini tetap memicu kemarahan beberapa Negara yang menganggap perburuan paus ini terkesan ketinggalan jaman dan dianggap merugikan.

Namun di Jepang, hal ini disambut dengan sangat baik, dan Tokyo akan mempertahankan praktik ini sebagai tradisi dan pihak luar tidak bisa ikut campur.

Selama bertahun-tahun, masalah mengenai perburuan paus menjadi masalah yang serius bagi negara Jepang, karena melakukan perburuan paus dengan memberikan alasan untuk tujuan ilmiah kepada IWC. Para kritikus menuduh bahwa Jepang telah melakukan perburuan paus secara sembunyi-sembunyi dan hal ersebut dirasa tidak memiliki nilai ilmiah, sementara pemerintah Tokyo terus mendesak perizinan untuk melanjutkan perburuan paus ini.

Jepang Kembali Melakukan Perburuan Paus Setelah Dibekukan IWC Selama 31 Tahun
(gambar: Kyodo)

Tahun lalu, akhirnya Jepang mengumumkan akan mengundurkan diri dari IWC dan tidak lagi terikat dengan larangan IWC mengenai perburuan paus secara komersil. Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal 1 Juli, saat kapal yang pernah digunakan untuk perburuan paus dengan tujuan “penelitian ilmiah” itu berlayar dari Pelabuhan Shimonoseki di Prefektur Yamaguchi, disusul dengan lima perahu kecil dari serluruh Jepang yang akan berkumpul di Pelabuhan Kushiro, Jepang Utara. Mereka akan berburu selama satu minggu dan hal tersebut menjadi acara simbolis kembalinya praktik perburuan paus.

Kami sangat gembira dengan dimulainya kembali perburuan paus secara komersial” kata Yoshifumi Kai, sebagai kepala Asosiasi Perburuan Paus Kecil Jepang. “Hati saya penuh harapan” tambahnya.

Jepang telah melakukan perburuan paus selama berabad-abad, pada pasca Perang Dunia Ke-II daging dari paus dijadikan sumber protein utama yang digunakan untuk konsumsi masyarakat Jepang.

Jepang meninggalkan IWC dan menentang hukum Internasional untuk mengejar ambisinya dalam berburu paus secara komersil, itu merupakan suatu bentuk perlawanan, kemunduran dan buta” ujar Kitty Block, presiden dari Humane Society International yang berbasis di Inggris.

Namun, beberapa ahli mengatakan bahwa industri perburuan paus sudah berada diujung tanduk dalam beberapa tahun terakhir dikarenakan alasan ekonomi, dengan konsumsi yang terus menyusut tidak ada tanda-tanda pemulihan pasar.

 

Featured Image: nationalgeographic

Source: japantoday