Berita Jepang | Japanesestation.com

Pada tanggal 15 Mei, sekitar 500 orang mengenakan kostum ala bangsawan berparade dalam Aoi Matsuri, salah satu dari tiga festival besar di Kyoto. Menurut Kepolisian Prefektur Kyoto, sekitar 35.000 orang menyaksikan parade ini di sepanjang rutenya.

Sejarah Aoi Matsuri

Parade roto no gi yang berangkat dari Istana Kekaisaran kyoto pada 15 Mei 2024 (Mainichi).
Parade roto no gi yang berangkat dari Istana Kekaisaran kyoto pada 15 Mei 2024 (Mainichi).

Festival ini kemungkinan berasal dari abad ke-7 untuk memohon kepada para dewa setelah badai menghancurkan panen. Kaisar memberikan persembahan kepada para dewa di Kuil Shimogamo dan Kamigamo, yang diyakini sebagai dewa yang bertanggung jawab atas kehancuran tersebut hingga hasil panen berhasil diselamatkan. Karena keterkaitannya dengan kuil-kuil ini, festival ini juga dikenal sebagai Kamo Matsuri.

Aoi Matsuri menawarkan kilas balik ke masa keemasan sejarah Kyoto dan kesempatan untuk melihat penduduk setempat dalam balutan kostum kuno yang berjalan dari Istana Kekaisaran ke Kuil Shimogamo dan Kamigamo. Festival yang diadakan setiap tahun pada tanggal 15 Mei ini merupakan salah satu dari tiga matsuri tahunan utama di Kyoto, bersama dengan Gion Matsuri dan Jidai Matsuri.

Prosesi Aoi Matsuri

Akiko Matsuura, Saio dalam Aoi Matsuri tahun ini (Mainichi).
Akiko Matsuura, Saio dalam Aoi Matsuri tahun ini (Mainichi).

Parade Roto no gi, sebuah peragaan ulang prosesi kekaisaran dari zaman Heian, merupakan acara utama festival. Pada pagi hari tanggal 15 Mei, para peserta parade berangkat dari Istana Kekaisaran Kyoto ke ke Kamigamo Jinja melalui Shimogamo Jinja dan menempuh jarak sekitar 8 kilometer.

Parade ini benar-benar merupakan pemandangan yang wajib dilihat. Parade yang berlangsung selama satu jam ini dipimpin oleh seorang utusan berkuda yang membawa pedang emas, diikuti oleh para pengiringnya, kereta yang ditarik sapi dan barisan wanita dengan kimono cantik yang mengiringi Saio.

Saio dulunya adalah seorang bangsawan yang menjabat sebagai pendeta tinggi di Kuil Kamigamo dan Shimogamo. Setiap tahun, seorang wanita yang belum menikah dipilih untuk berperan sebagai Saio. Mengikuti tradisi, wanita yang terpilih harus menjalani ritual pemurnian sebelum acara. Dia dibawa dengan tandu dan mengenakan kimono yang paling mewah, 12 lapis sutra seberat 30 kilogram.

Akiko Matsuura, seorang pekerja perusahaan dari Distrik Nakagyo di kota itu, berperan sebagai Saio tahun ini. Dengan mengenakan kimono bernama junihitoe yang berwarna-warni, ia menaiki tandu yang disebut oyoyo dan dielu-elukan oleh para penonton.