Kota Hiraizumi di prefektur Iwate memiliki festival tahunan bernama Fujiwara Matsuri, yang digelar untuk menghormati klan Fujiwara yang dulu pernah menguasai kota tersebut. Festival ini dilakukan dua kali dalam setahun, yaitu pada musim semi tanggal 1-5 Mei dan musim gugur pada tanggal 1-3 November. Kedua festival ini mempunyai upacara peringatan bagi empat kepala keluarga Fujiwara dan dilanjutkan dengan tarian magis yaitu Ennen no Mai (Longevity Dance), sebuah ritual yang menjadi wujud doa bagi para dewa.
Sejarah
Klan Fujiwara merupakan klan bangsawan yang ada dalam sejarah Jepang yang mengalami masa kejayaan pada periode Heian. Klan ini terbagi menjadi empat keluarga Fujiwara yaitu Nanke, Hokke, Shikike, dan Kyouke.
Di kala periode itu berakhir akibat perang Dan no ura – ajang perebutan kekuasaan klan Taira dan Minamoto – seorang kepala keluarga Fujiwara bernama Hidehira di Hiraizumi membantu samurai Minamoto no Yoshitsune yang mempunyai andil dalam kemenangan klan Minamoto dalam perang tadi. Yoshitsune dikisahkan pergi bersama rombongannya ke Hiraizumi untuk meloloskan diri dari kejaran kakak tirinya, Yoritomo, seorang pendiri sekaligus faktor utama dari munculnya sistem keshogunan di periode Kamakura (periode setelah Heian).
Fujiwara Matsuri di Musim Semi
Peristiwa kedatangan ini menjadi bagian utama dari Fujiwara Matsuri yang diadakan tanggal 1-5 Mei. Acara utama dilakukan pada tanggal 3, dimana parade kedatangan Yoshitsune direka ulang dan menjadi acara paling populer di festival musim semi ini.
Seakan-akan memanggil kembali para tokoh penting yang sudah tiada, setiap tahunnya dipilih artis-artis terkenal Jepang yang akan menggunakan atribut periode Heian lalu memerankan para tokoh yang terlibat di peristiwa kedatangan tadi. Mereka memerankan baik Yoshitsune, istrinya, Hidehira, serta pengikut setia Yoshitsune yaitu Musashibou Benkei. Salah satu aktor yang pernah memerankan Yoshitsune di festival ialah Yusuke Yamamoto.
Parade yang bisa mencapai 100 orang dalam rombongan Yoshitsune ini dimulai dari kuil Motsu ke kuil Chuson. Yoshitsune dan istrinya ditemani prajurit, dayang-dayang, serta yamabushi (biksu pendekar yang berkelana di gunung) yang berjalan menemani tuan mereka. Untuk membuatnya terlihat lebih mirip, kereta yang digunakan oleh istri Yoshitsune pun benar-benar didorong oleh seekor lembu.
Musashibou Benkei atau yang disebut sebagai Benkei yang termasuk dalam rombongan Yoshitsune adalah seorang souhei (biksu pendekar) legendaris yang dikenal karena tenaga supernya. Terinspirasi akan keperkasaan Benkei, masyarakat Hiraizumi mengadu kekuatan di sebuah kompetisi pada hari akhir festival.
Dalam kompetisi, orang berlomba mengangkat wadah mochi seberat 160 kg yang disebut sanpo dan berjalan sejauh mungkin dari titik awal. Orang yang menjadi pemenang ialah orang yang membawa sanpo lebih jauh dari lawan-lawannya.
Sedangkan bagi anak-anak, ada kompetisi berupa lomba menarik sanpo menggunakan tambang. Orang paling terdepan dililitkan tambang di bagian perut dan ia akan mencoba menariknya secepat dan sejauh mungkin.
Pada festival di musim gugur ada pertunjukan Noh dan parade anak-anak yang menggunakan baju khas Heian. Kalian bisa menikmati budaya Jepang periode Heian itu di bawah pepohonan musim gugur yang cantik.
Akses: Menggunakan Tohoku Shinkansen dari stasiun Tokyo ke Ichonoseki. Lalu gunakan jalur Tohoku dan turun di stasiun Hiraizumi. Ke kuil Chuson naik mobil selama 3 menit, ke kuil Motsu berjalan kaki selama 8 menit.
Featured Image: chusonji Sources: visitiwate, website hiraizumi, festivalgo.huber-japan