Berita Jepang | Japanesestation.com

Di antara banyak performer yang diboyong langsung dari jepang di Ennichisai kemarin, ada satu nama yang menggunakan jenis kesenian yang unik dalam menghibur para penonton. Dia adalah Taro Fukushika, seorang seniman yang ahli dalam bidang shodo, atau kaligrafi Jepang.

Taro Fukushika dibesarkan di Taiwan, kemudian pindah ke Kobe sebagai pekerja sosial. Selama bertugas, ia bertemu dengan seorang pasien kanker stadium akhir. Ia berpikir 'apa' yang bisa ia lakukan untuk membuat pasien tersebut senang, dan kemudian mengenal seni 'kuas dan tinta'.

[INTERVIEW] Taro Fukushika, Memulai Kaligrafi Jepang Demi Menyenangkan Orang
(image: ennichisai)

Meskipun tidak pernah melakukan kaligrafi jepang sebelumnya, ia tidak menyerah dan pasien tersebut sangat senang hingga meneteskan air mata. Disaat bersamaan, ia pun tergerak untuk mencintai seni shodo.  Setelah itu, ia melakukan performance jalanan dimana ia "menuliskan kata-kata yang terinspirasi dari anda". Ia juga melakukan performance di acara penerbitan buku, pembukaan kafe, bahkan muncul di film.

Bermula dari performance jalanan tersebut, ia  mulai dikenal di seluruh penjuru jepang. Sekarang ia melebarkan sayapnya di kancah internasional. Saat ini ia beraktivitas sebagai representatif dari perusahaan shodo yang ia dirikan sendiri. Aktivitasnya berfokus pada event nasional maupun internasional berupa pameran tunggal, workshop shodo, mural paintings, serta kelas seminar shodo.

[INTERVIEW] Taro Fukushika, Memulai Kaligrafi Jepang Demi Menyenangkan Orang
(image: ennichisai)

Pada hari pertama Ennichisai, tanggal 13 Mei lalu, Japanese Station dan beberapa media lain berkesempatan mewawancarai seniman yang satu ini. Yuk simak bersama di bawah ini!

Shodo termasuk salah satu kesenian tradisional dari Jepang. Mengapa masih memilih shodo untuk dikembangkan ke umum di zaman yang sudah modern saat ini? dan kalau melihat sejarahnya kalau tujuan awalnya untuk menyenangkan orang,apakah tujuannya masih sama sampai sekarang? Dan apakah tujuan lain dari pengembangan seni shodo?

Shodo awalnya di dalam sejarah, adalah cara untuk menyampaikan informasi, di sini, dimasukkan unsur kesenian, untuk menulis tulisan yang lebih sulit. Sekarang, di jepang, karena  berkembangnya komputer, jumlah orang yang melakukan shodo banyak berkurang, oleh karena itu, bidang ini termasuk seni yang jarang dipilih, dan mulai banyak orang yang malu untuk menjalaninya, sehingga pelakunya makin sedikit. Namun, banyak orang yang menyukai shodo.

Di Jepang, ada ungkapan bahwa tulisan mencerminkan hati. Hanya dengan melihat tulisan satu orang, bisa melihat orang itu orang yang seperti apa. Orang yang lembut, tulisannya juga akan lembut. Di sinilah shodo menjadi hal yang penting.

Apa satu huruf kanji yang paling mewakili keberadaan seorang Taro Fukushika?

Kanji Au 会う (bertemu). Waktu pertama kali saya memasuki profesi ini, saya membuat tulisan di pinggir jalan depan stasiun. Dari sana, saya bertemu banyak orang, “Tolong tulis papan nama toko”, “Tolong muncullah di radio”, “Tampillah di TV” dan lain-lain, semuanya terjadi karena pertemuan-pertemuan ini. Oleh karena itu, jika digambarkan dengan kanji, saya adalah kanji Au.

Anda menjaga budaya tradisional di Jepang modern ini. Sekarang banyak seniman yang menggabungkan tradisional dengan modern. Mengapa Anda memilih jalan tradisional?

Pada awalnya saya sangat menyukai manga, dan suka membuat gambar. Orang Jepang seumuran saya di waktu kecilnya banyak yang dipaksa orangtua untuk belajar shodo. Saya waktu kecil sangat membenci shodo karena gurunya keras, dan suka memukul jika tulisan saya salah. Di saat saya dewasa, saya bertemu orang yang sakit parah, kemudian saya berpikiran untuk menyenangkan hatinya. Saat itu yang saya gunakan adalah kuas dan tinta yang kebetulan ada di fasilitas kesehatan. Itulah yang menjadi alasan awal saya memulai pekerjaan ini.

Pada hari ini Anda menampilkan penampilan shodo di atas panggung, apa yang menjadi alasan memilih tulisan tersebut?

Sebenarnya saya tidak memutuskan mau menulis apa saja sampai detik-detik terakhir. Pada saat saya berada di panggung, saya ingin menulis kanji Isshokenmei. Ini terinspirasi dari 一生懸命(isshokenmei) yang artinya semangat dan serius. Mengapa saya ingin menulis ini, saat saya berada di panggung, tulisan itu tertangkap oleh mata saya, dan saya merasa bahwa tulisan itu sangat cocok untuk dituis, dan selaras dengan apa yang saya ingin sampaikan kepada orang Indonesia.

[INTERVIEW] Taro Fukushika, Memulai Kaligrafi Jepang Demi Menyenangkan Orang
(image: Japanese Station / wawa Wardana)

Bagaimanakah cara yang digunakan untuk mempromosikan shodo di Indonesia, dan bagaimana cara untuk membuat orang Indonesia tertarik akan shodo?

Orang Indonesia sangat suka dengan kanji, huruf kanji keren bagi orang Indonesia. Saya pernah lewat di depan rumah yang sedang di bangun, dan di depannya ada tukang yang mengenakan baju bertuliskan huruf kanji. Jadi orang Indonesia menyukai kanji karena kanji dianggap keren. Mungkin hal ini bisa digunakan untuk mempromosikan shodo di Indonesia

Apa makna shodo bagi anda dalam kehidupan sehari-hari?

Pertanyaan yang sulit, ya. Saya memiliki istri dan anak, setiap hari, di pagi hari, kami saling menyapa, selamat pagi, hari ini semangat ya!, dan sebagainya. Bagi saya, shodo adalah salah satu alat untuk menyampaikan berbagai hal kepada orang-orang yang penting bagi saya. Misalnya kata-kata terimakasih, jika disampaikan dalam bentuk perkataan dan dalam bentuk tulisan, tentu sangat berbeda. Misalnya ditulis di chat, di surat, atau tulisan tangan, semuanya berbeda. Seperti itulah, shodo adalah alat untuk menyampaikan perasaan dan pemikiran. Jadi pada saat saya ingin menyampaikan pemikiran saya kepada orang, dibanding mengirimkan chat, bisa juga dengan mengirimkan foto tulisan kaligrafi.

[INTERVIEW] Taro Fukushika, Memulai Kaligrafi Jepang Demi Menyenangkan Orang
(image: ennichisai)

Untuk orang Indonesia yang belum bisa bahasa Jepang, bagaimana cara belajar shodo? Apakah harus belajar hiragana, katakana, dan kanji dulu, baru bisa belajar shodo? Atau apakah bisa belajar shodo menggunakan alphabet atau romaji?

Tidak perlu memiliki pemahaman Bahasa jepang. Mengapa demikian? Karena ada keunikan tiap negara. Jadi, alphabet atau huruf korea pun, bisa dibuat menjadi shodo, menurut saya. Tapi, di Jepang juga ada yang fundamentalis, yang berpikir bahwa yang seperti itu bukanlah shodo, namun kalau saya sendiri tidak berpikir seperti itu. Kemarin punpada saat saya menulis, saya menuliskan kata terimakasih.

Bagaimana perasaannya bisa datang ke ennichisai dan apa harapannya untuk Ennichisai?

Tolong undang lagi saya kesini. Ennichisai sangat menyenangkan! Di Jepang sendiri festival dengan skala seperti ini sudah semakin sedikit. Kenangan masa kecil datang ke matsuri bersama orang tua dan bermain di sana, mulai terlupakaan di saat kami menjadi dewasa. Saya sangat senang festival ini, terlebih lagi, di Jakarta, bisa diadakan. Tolong undang saya lagi!

(Featured image: Japanese Station / Wawa Wardana)