Seperti halnya Indonesia yang memiliki TNI, Jepang juga memiliki organisasi pertahanannya sendiri, yang disebut Japan Self Defense Force (JSDF) atau yang dalam bahasa Jepang dikenal sebagai Jieitai 自衛隊. JSDF adalah organisasi pertahanan Jepang yang dibentuk pada tahun 1954, dan beroperasi di bawah Kementerian Pertahanan Jepang. Selain menjaga pertahanan nasional Jepang, JSDF juga berpartisipasi dalam usaha menjaga perdamaian dunia.
Perdana menteri Jepang adalah panglima tertinggi dalam Japan Self Defense Force. JSDF sendiri dibagi menjadi tiga angkatan, yaitu Japan Ground Self Defense Force (Rikujo Jieitai), Japan Maritime Self Defense Force (Kaijo Jieitai), dan Japan Air Self Defense Force (Koku Jieitai), dengan 5 pasukan darat, 4 distrik maritim, dan 4 pertahanan udara.
Beberapa waktu yang lalu, Japanese Station berkesempatan melakukan wawancara dengan salah satu anggota JSDF yaitu Mayor Akira Hidaka. Ia adalah anggota staf humas untuk Japan Air Self Defense Force. Saat ia masih kecil, Mayor Hidaka seringkali menyaksikan pesawat yang lepas landas dari pangkalan JASDF Nyutabaru di kampung halamannya, prefektur Miyazaki. Kekagumannya saat itu berkembang menjadi motivasinya untuk bergabung dalam Japan Air Self Defense Force. Pada masa itu, ia bahkan sering memanjat atap rumah untuk melihat pesawat terbang saat diadakan air show.
Sebelum bekerja sebagai staf humas, Mayor Hidaka adalah anggota dari tim aerobatic Jepang bernama Blue Impulse. Blue Impulse, atau 11 Squadron 4th Air Wing yang bermarkas di Matsushima Air Base di prefektur Miyagi adalah bagian dari Japan Air Self Defense Force yang bertanggung jawab melakukan pertunjukan udara. Mereka juga adalah satu-satunya tim yang melakukan aerobatic di Jepang. Bahkan seorang pilot yang sudah berpengalaman seperti Mayor Hidaka, memerlukan latihan tambahan selama setahun, untuk dapat terbang bersama Blue Impulse.
Mayor Hidaka juga menceritakan pada kami banyak hal yang terjadi saat ia bergabung dalam tim tersebut. Kenangan yang paling tidak bisa ia lupakan di antaranya adalah di saat ia bertugas sebagai narator dalam pertunjukan Blue Impulse di Higashi Matsushima Festival pada 2012. Ia yang pada saat itu tidak bisa ikut terbang karena masih dalam pelatihan, menonton Blue Impulse dari darat bersama penonton, sambil memberikan narasi pada para pengunjung acara tersebut. Para penonton, yang kebanyakan adalah juga korban gempa dan tsunami, terharu oleh pertunjukan Blue Impulse tersebut. Bagi mereka, kembalinya Blue Impulse ke langit mengingatkan mereka bahwa kehidupan mereka sehari-hari sebelum terjadinya bencana tersebut, perlahan mulai kembali.
Pangkalan Udara Matsushima di utara Sendai mengalami kerusakan berat pada saat dilanda banjir akibat tsunami yang melanda wilayah tersebut. Lokasi markas tersebut, yang berada pada ketinggian hanya 2.2 meter di atas laut, menyebabkannya mengalami kerusakan berat. 18 unit pesawat tempur F-2 terkena kerusakan akibat banjir. Selain itu, pesawat lain yang digunakan sebagai display di sana, seperti T-2 Trainer, 1 buah F-104 Starfighter, dan 2 buah F-86 Sabers juga dilaporkan mengalami kerusakan.