Berita Jepang | Japanesestation.com

Throne of Blood (1957)

5 Film Samurai Klasik yang Wajib Ditonton
Throne of Blood (bfi.org.uk)

Setelah kesuksesan Seven samurai pada tahun 1954, Akira Kurosawa kembali menangani jidaigeki berjudul Throne of Blood.

Film ini sebenarnya merupakan adaptasi dari sebuah drama terkenal karya Shakespeare yang berjudul Macbeth, hanya saja dibuat dengan setting di abad ke-16 Jepang. Throne of Blood menceritakan tentang seorang samurai bernama Washizu yang mendapat wangsit dari seorang tukang sihir bahwa dia akan menjadi seorang kaisar di kemudian hari. Mendengar hal itu, sang istri mendesaknya untuk membunuh kaisar-nya sendiri. Pada akhirnya, Washizu tewas di tangan prajurit-prajuritnya sendiri dan istrinya menjadi gila.

Bagian terkeren dari film ini adalah penggunaan cahaya dan bayangan yang ekspresif serta pengguaan konvensi teater Noh untuk menunjukkan siksaan psikologis sang protagonist.

Harakiri (1962)

5 Film Samurai Klasik yang Wajib Ditonton
Harakiri (bfi.org.uk)

Berikutnya, ada film jidaigeki pertama dari Kwaidan dan sutradara Masaki Kobayashi, Harakiri. Filk ini menceritakan tentang seorang ronin muda pada awal zaman Tokugawa yang diperintahkan untuk melakukan hara-kiri (ritual bunuh diri samurai Jepang dengan merobek perut mereka setelah gagal melaksanakan tugasnya).  Seperti judulnya, drama yang relatif lambat ini diselingi oleh momen-momen ekstrem dan gore dalam bentuk monokrom.

Film ini cukup menakjubkan, mampu membuatmu terpesona dengan penggunaan arsitektur ala Jepang, efek cahaya yang bagus, serta penempatan karakter dalam frame yang pas. Tak hanya itu, soundtrack yang dibuat oleh Toru Takemitsu juga menambah feel film ini.

Samurai Assassin (1965)

5 Film Samurai Klasik yang Wajib Ditonton
Samurai Assassin (bfi.org.uk)

Dalam Samurai Assassin yang menceritakan tentang detik-detik akhir jatuhnya Keshogunan Tokugawa, aktor dengan image samurai, Toshiro Mifune, berperan sebagai seorang ronin nakal yang tidak peduli dengan status ayahnya yang merupakan seorang bangsawan terhormat. Dia kemudian terjebak dalam rencana pembunuhan Ii Naosuke, seorang pejabat tinggi dalam pemerintahan keshogunan yang mengusulkan untuk membuka negara untuk perdagangan internasional dan membuat marah para nasionalis.

Dramatisas memukau runtuhnya zaman Tokugawa ini membuat suatu poin menakjubkan di mana para penikmat film dari luar Jepang berhasil mempelajari sejarah Jepang sedikit demi sedikit melalui film fiksi.

Latar belakang historis dalam film ini dikemas dengan kombinasi narasi sulih suara dan action scene yang sangat detail. Pertarungan klimaksnya yang dibingkai dalam pertempuran di tengah badai salju di Edo Castle juga patut diapresiasi. Tontonan wajib buatmu!