"Washoku" masakan tradisional Jepang telah ditambahkan ke daftar Intangible Cultural Heritage [Warisan Budaya Tak Ternilai] di UNESCO pada tanggal 4 Desember yang lalu. Salah satu item yang paling populer dari masakan Jepang adalah kelezatan tradisional Tahun Baru Jepang, "Osechi."
Secara historis, "Osechi" awalnya disajikan di istana kekaisaran sebagai persembahan untuk roh-roh nenek moyang. Hidangan ini sudah umum hanya untuk kelas-kelas sosial atas dan menjadi populer di kalangan orang-orang biasa pada sekitar Periode pertengahan Edo.
Toko khusus makanan Jepang SHOJIKIYA (東京正直屋)menawarkan "Osechi" yang disajikan dengan indah. Salah satu poin yang paling penting tentang pembuatan "Osechi" adalah dengan menggunakan tema. Nobuyuki Furukawa, yang bertanggung jawab atas pengembangan produk di SHOJIKIYA, mengatakan tema dari "Osechi" buatan perusahaannya adalah "Nagomi" (和み). Huruf China pertamanya diambil dari "washoku"(和食), yang memberikan kesan pelukan yang hangat.
Poin penting berikutnya adalah memilih bahan utama. Berbagai makanan indah sering dipilih untuk "Osechi." Namun, SHOJIKIYA memfokuskan pada penggunaan berbagai makanan sehari-hari yang dipilih seperti udang windu Jepang yang direbus dalam gula.
Aspek budaya lain dari "Osechi" adalah bahwa banyak bahan yang dikatakan menjadi simbol keberuntungan, membuatnya menjadi ritual tradisional Jepang lainnya yang unik untuk Tahun Baru. Berikut ini adalah beberapa bahan-bahannya dan apa yang bahan tersebut lambangkan.
- "Kurikinton" (栗金団) secara harfiah berarti "chestnut gold mash", yang melambangkan keberuntungan ekonomi dan kekayaan. - “Kuro-mame” (黒豆), kedelai hitam yang melambangkan keinginan untuk kesehatan yang baik di Tahun Baru. - “Kazunoko” (数の子), telur ikan haring. "Kazu" berarti "jumlah" dan "ko" berarti "anak". Ini melambangkan keinginan agar dikaruniai dengan banyak anak-anak di Tahun Baru.
Orang Jepang menghargai pelambangan bahan-bahan ini dan mewariskan pengetahuan tersebut dari generasi ke generasi.
"Washoku" dapat menjadi alat komunikasi untuk membangun hubungan yang lebih baik antara orang-orang yang memasak dan mereka yang memakan hasil masakannya, serta meningkatkan pemahaman lintas budaya.