Berita Jepang | Japanesestation.com

Geisha di Kyoto adalah salah satu bentuk seni tradisional Jepang yang tersohor dan menjadi salah satu ciri khas negeri sakura itu. Namun, dengan adanya pandemi virus corona alias COVID-19, akankah langkah para Geisha di Kyoto juga ikut terhenti? Bagaimana mereka bertahan dalam situasi sulit seperti ini? Simak laporannya yang dilansir dari Live Japan berikut.

Terpuruk

Geisha Kyoto online japanesestation.com
Geisha Kyoto, melayani tamu secara online (livejapan.com)

Geisha di Kyoto memang tengah berusaha untuk menyesuaikan diri dan mencari cara untuk tetap melanjutkan tradisi dengan keadaan Jepang yang menerapkan social distancing dan pembatasan perjalanan saat ini.

Awal mulai terpuruknya para Geisha dimulai pada Februari saat teahouse mulai mengalami penurunan dalam booking dan penjualan karena kekhawatiran pelanggan akan penyebaran virus di tempat tertutup. Acara tari tahunan juga terpaksa dibatalkan demi mencegah penularan di tengah keramaian. Tentu saja, kesehatan para Geisha dan para pelanggan lebih penting sehingga hal ini tak bisa dicegah. Lalu, pada bulan Maret, setiap distrik Geisha akhirnya membatalkan semua acara dan booking untuk menjaga keamanan klien lansia.

Geisha Kyoto online japanesestation.com
Gion, distrik Geisha di Kyoto yang sepi karena pandemi (livejapan.com)

Kebanyakan Geisha pun terpaksa kembali ke keluarganya. Meskipun begitu, hal ini tidak berarti Geisha diam saja. Para Geisha terus mempelajari kesenian dengan guru-guru mereka secara online dan membantu masyarakat setempat untuk menjahit masker dengan bahan tradisional yang disebut Tenugui, sebuah sapu tangan atau kain dekoratif yang biasa diberikan Geisha saat perayaan khusus. Semua masker ini dijahit tangan.

Tutup Untuk Pertama Kalinya Sejak Perang

Geisha Kyoto online japanesestation.com
Gion, distrik Geisha di Kyoto yang sepi karena pandemi (livejapan.com)

Di bulan April, pemerintah mengumukan keadaan darurat yang menutup 5 distrik Geisha di Kyoto, menyebabkan semua bisnis berhenti. Ini adalah kali pertama distrik Geisha ditutup sejak Perang Dunia II. Industri Geisha benar-benar kelinpungan.

Kyoto Geisha Association (Ookini Zaidan) menyediakan tunjangan sebesar 100.000 yen per orang untuk mendukung para Geiko dan Maiko. Meskipun begitu, dengan biaya latihan dan pakaian berkualitas tinggi para Geisha, uang tersebut tak cukup. Penduduk lokal pun mulai membuat campaign crowdfunding untuk mendukung para Geisha, bahkan, salah satu campaign ini masih berlanjut hingga kini.

Pembukaan Kembali Distrik Geisha

Geisha Kyoto online japanesestation.com
Geisha Kyoto, melayani tamu secara online (livejapan.com)

Pada 1 Juni, distrik Geisha kembali dibuka. Namun, ada peraturan baru.

Geisha harus mengambil jarak 1-2m dari tamu, tidak boleh berbicara saat menuangkan sake, dan waktu berada dalam ruangan pun dibatasi, dengan jam buka maksimal hingga pukul 10 malam. Para tamu dari luar Kyoto juga harus melakukan screening sebelum mem-booking Geisha.  Sementara itu, tamu dari daerah rawan virus akan ditolak.

Geisha Kyoto online japanesestation.com
Geisha Kyoto, melayani tamu secara online (livejapan.com)

Meskipun ada langkah pencegahan baru, dengan adanya gelombang kedua dan pernyataan pemerintah yang tak menyarankan aktivitas malam dan mengunjungi pusat hiburan, sebagian besar acara tetap dibatalkan dan mayoritas Geisha harus tetap tinggal di kampung halaman mereka di luar Kyoto.

Salah satu Geisha yang tetap berada di Kyoto mengatakan, “Aku berpikir kalau mereka yang meninggalkan tempat ini tidak akan kembali lagi dan mengundurkan diri jika pandemi terus berlanjut.”  

Bagaimana Geisha Bertahan Hidup Kini

Geisha Kyoto online japanesestation.com
Geisha Kyoto, melayani tamu secara online (livejapan.com)

Seiring dengan perkembangan zaman, para Geisha mulai menunjukkan bakat dan menceritakan pengalaman mereka pada para tamu secara online. Sangat bagus, meski menghilangkan sedikit ciri khas Geisha yang intim dan tradisional.

Meskipun begitu, dengan cara ini, tidak akan ada peraturan “ichigensan okotowari,” sebuah referensi personal yang diperlukan untuk bertemu dengan Geisha. Kini, semua orang di berbagai belahan dunia bisa bersantai dan dapat bertemu Geisha Kyoto asli secara daring!

Untuk memfasilitasi ini, Kimono Tea Ceremony KYOTO MAIKOYA memulai sebuah layanan di mana orang-orang dapat mem-booking dan bertemu Geisha secara online. Sesi ini akan menampilkan “kouhai” dari Geisha, Geiko atau Maiko, dalam akseseori dan busana lengkap. Mereka akan berinteraksi dengan pelanggan selama satu jam, mengobrol, menari, bahkan mengadakan upacara minum teh online.

Geisha Kyoto online japanesestation.com
Geisha Kyoto, melayani tamu secara online (livejapan.com)

Jika tertarik dengan keseharian, background dan sejarah Geisha Jepang, pelanggan dapat berbicara dengan pemilik rumah Geisha untuk mempelajarinya. Dari sini, pelanggan dapat mengetahui bagaimana Geisha mempelajari seni, bagaimana mereka harus berdandan, dan bagaimana mereka berinteaksi dengan pelanggan.

Nah, itulah cara yang dilakukan para Geisha di Kyoto untuk menghadapi dan bertahan hidup melawan pandemi. Sulit dan sedikit menghilangkan sisi tradisionalnya, tapi cara ini patut diapresiasi!