Di balik keseruan cerita dan deretan karakternya yang memiliki latar belakang menarik, sebenarnya ada satu lagi yang membuat Jujutsu Kaisen “mengesankan,” terutama bagi orang Jepang asli. Nah, apa itu?
Jawabannya, bagaimana anime satu ini “menghormati” budaya tradisional Jepang dengan caranya sendiri lewat setiap episodenya. Penasaran dengan budaya apa saja yang ada dalam Jujutsu Kaisen? Berikut 10 di antaranya!
10. Menunjukkan betapa pentingnya Tokyo bagi Jepang!
Daya tarik Tokyo memang luar biasa. Jepang sendiri bukanlah negara besar, namun banyak penduduknya yang berasal dari pedesaan atau tinggal jauh dari ibu kota Jepang tersebut. Meski dengan bullet train, datang ke Tokyo bukanlah perkara mudah!
Nah, kebahagiaan Yuji dan Nobara saat datang ke Tokyo sangat menunjukkan hal itu! Apalagi, saat mereka mengunjungi Harajuku, Tokyo Tower, dan berbagai landmark lain. Tokyo memang benar-benar kota yang menjadi simbol identitas nasional, tak heran kan banyak yang ingin datang ke Tokyo?
9. Kuil sebagai sekolah? Akurat!
Tokyo Prefectural Jujutsu High School ternyata berbentuk seperti sebuah kuil Buddha! Hal ini ada dalam sejarah lho. Berabad-abad lalu saat zaman Edo, masyarakat biasa terkadang menerima pendidikan privat dari terakoya atau sekolah kuil.
Sekolah yang biasanya dioperasikan oleh pada biksu Buddha dan samurai ini sangat populer sebelum sekolah negeri menjadi cara yang lebih umum untuk mengedukasi masyarakat.
8. Menunjukkan rival klasik: Kyoto vs Tokyo
Persaingan klasik antara area Kansai dan Kanto bukan hal baru. Kansai adalah rumah dari Osaka yang konon disebut-sebut memiliki masyarakat yang lebih ramah dan makanan yang lebih lezat. Namun, Kanto adalah rumah dari Tokyo yang terkesan lebih “profesional” dan “tidak urakan.”
Jujutsu Kaisen sengaja memasukkan konsep ini dengan cara mengadakan sebuah turnamen antara Tokyo Tech dan Kyoto Tech. Para penonton Jepang pasti gak kaget menyadarinya nih!
7. Menunjukkan pemakaman Shinto secara akurat
Beberapa fans mengklaim bahwa Jujutsu Kaisen adalah salah satu anime “langka” yang sanggup mengimprovisasi manga asalnya dengan sangat baik. Nah, salah satu keberhasilan studio MAPPA dalam hal ini adalah dalam emnggambarkan tradisi Shinto-nya. Setelah kematian sang kakek, penonton akan melihat Yuji menggunakan sumpit untuk mengambil tulang belulang dari abu yang dikremasi.
Dalam scene penuh dengan monster dan fight scene yang tak nyata, melihat tradisi nyata dan akurat dalam agama Shinto ini rasanya menjadi bumbu tersendiri ya?
6. Mendekripsikan “dirasuki” sesuai dengan pandangan budaya timur
“Dirasuki” atau “kesurupan” memang tema yang cukup umum dalam anime, lihat saja Naruto atau Parasyte. Namun, jika budaya barat atau kultur Kristiani dan Yahudi menganggap hal tersebut harus diselesaikan dengan pengusiran roh jahat, dalam berbagai cerita rakyat Jepang, orang yang dirasuki lebih sering mencoba untuk hidup bersama roh jahat tersebut. Misalnya saja, Naruto dengan Kurama di dalam tubuhnya atau Kyo dari Fruits Basket yang harus menghadapi masalah akibat menjadi “vessel” bagi suatu iblis kucing.
Pada dasarnya, tradisi Jepang lebih mengarah ke pencegahan dan pemurnian. Misalnya, mengenakan jimat untuk melindungi diri sendiri atau untuk hidup dengan baik, mencuci tangan sebelum memasuki kuil, menyegel sesuatu untuk mencegah kutukan keluar dan masih banyak lagi. Karena itu, hak yang dilakukan Gojo dalam menangani Yuji sangat pas dengan tradisi ini. Bukannya membuat Sukuna ke luar dari tubuh Yuji, namun membuat Yuji belajar menghadapi Sukuna.
Masih ada 5 poin lagi, simak halaman berikutnya ya!