Berbicara tentang Negara Jepang, pikiran anda pasti akan langsung tertuju pada salah satu ikon Jepang yaitu samurai, ahli pedang yang hidup di zaman Ke-Shogunan Jepang itu memang masih terkenal saat ini (meski sudah tidak ada). Tapi pernahkah terpikir dalam pikiran anda tentang “siapakah Samurai terhebat sepanjang sejarah?”. Jika pernah, maka jawabannya adalah Miyamoto Musashi, seorang ronin (samurai tak bertuan) yang hidup diantara tahun 1584-1645. Dia dianggap sebagai samurai paling hebat yang digambarkan sebagai samurai yang tak terkalahkan, dia juga terkenal dengan teknik Double sword, yaitu teknik menggunakan dua pedang (di jepang disebut Katana) sekaligus, bukan hanya sebagai samurai, Musashi juga terkenal karena buku karangannya yang berjudul Go Rin No Sho, buku yang berisi tentang strategi perang dan teknik berduel, buku ini juga dianggap sebagai cara pandang hidup orang jepang oleh sebagian ahli. Samurai yang bernama asli Shinmen Takezo (huruf Kanji Takezo sama dengan Musashi, kanji memang memiliki banyak cara untuk membacanya) ini juga terkenal di bidang praktisi beladiri, khususnya Kendo dan Aikido.
Musashi mengawali karir Samurai-nya di usia 13 tahun, saat itu ia sudah mampu mengalahkan Arima Kihei, seorang samurai Shinto Ryu bidang seni militer yang terampil bermain pedang dan tombak. Pada saat itu Musashi mengalahkannya dengan cara melemparnya ke tanah dan memukulnya dengan tongkat, sehingga musuhnya tersebut mati berlumuran darah. Tiga tahun kemudian, saat ia berusia 16 tahun, Musashi mengalahkan lawan berikutnya, dan sejak itu ia kabur dari rumah dan terlibat dalam berbagai kontes pertarungan dan peperangan sampai ia berusia 50 tahun. Musashi mengembara keliling Jepang dan menjadi legenda. Berbagai musuh terkenal sudah pernah dikalahkannya, antara lain samurai-samurai keluarga Yoshioka di Kyoto, jagoan ilmu tongkat kondang bernama Muso Gonosuke di Edo, bangsawan Matsudaira di Izumo, dan musuh bebuyutannya yaitu Sasaki Kojiro di Bunzen, pertempurannya dengan Sasaki Kojiro sering dianggap sebagai “El-Classico” dalam Ke-Samurai-an jepang. Pertempuran fenomenal Musashi yang lain adalah pertempuran melawan salah satu perguruan bela diri terkenal di Jepang pada masanya di Ichijoji. Musashi bertempur melawan sekitar 50 samurai, dan pertempuran tersebut dimenangkan oleh Musashi dengan teknik dua pedangnya. Hingga saat ini, bekas pertempuran Musashi di Ichijoji dijadikan monumen oleh masyarakat Jepang. Dia juga sering dikatakan terlibat dalam Pertempuran Sekigahara di tahun 1600, antara pasukan Tokugawa Ieyasu dan pasukan pendukung pemerintahan Toyotomi Hideyori, tempat ribuan orang tewas terbantai dalam peperangan itu sendiri dan pembantaian sesudahnya oleh tentara pemenang perang. Saat itu Musashi memihak pasukan Toyotomi Hideyori (anak dari Toyotomi Hideyoshi).
Beberapa tahun setelah melewati periode pertarungan (musuh individu terakhirnya adalah Sasaki Kojiro) dan peperangan tersebut, Musashi kemudian menetap di pulau Kyushu dan tidak pernah meninggalkannya lagi, itu dilakukan untuk menyepi dan mencari pemahaman sejati atas falsafah Kendo. Setelah sempat meluangkan waktu beberapa tahun untuk mengajar dan melukis di Kuil Kumamoto, Musashi kemudian pensiun dan menyepi di gua Reigendo. Di sanalah ia menulis Go Rin No Sho, atau Buku Lima Cincin/Lima Unsur. Buku ini adalah buku seni perang yang berisi strategi perang dan metode duel, awalnya diperuntukkan bagi muridnya Terao Magonojo. Namun oleh peneliti barat, buku ini dianggap rujukan untuk mengenal kejiwaan dan pola berpikir masyarakat Jepang. Buku ini menjadi klasik dan dijadikan rujukan oleh para siswa Kendo di Jepang. sangking hebatnya Musashi dijuluki dengan sebutan Kensei, yang berarti Dewa Pedang. Tak lama setelah itu, Musashi meninggal di Kyushu pada tahun 1645. Musashi tidak menikah dan tidak mempunyai keturunan, tapi ia mempunyai seorang anak angkat sekaligus murid yang juga masih saudara sepupunya bernama Iori Miyamoto.
Meski sudah tiada, pengaruh, studi kehidupan dan hasil karya Musashi masih tetap relevan pada masa kini, bukan hanya karena “kesaktiannya”dalam bermain pedang, tapi juga karena Musashi bisa dijadikan startegi untuk kegiatan praktis seperti periklanan, bisnis, dan militer, produk budayapun di gandrungi, salah satunya adalah novel karangan Eiji Yoshikawa (yang juga berjudul Musashi) dan film karya sutradara Hiroshi Inagaki (dengan judul Miyamoto Musashi).
sumber: wikipedia dan buku pribadi