Mimin ngaku memang belum nonton Non Non Biyori yang pertama, dan pertama kali direkomendasikan ('didoktrin') teman untuk coba nonton Non Non Biyori Repeat, sebenarnya agak sedikit ragu karena mengiranya anime moe moe slice-of-life biasa. Tapi, ternyata sekali coba, langsung ketagihan.
Kehidupan Renge, Hotaru, Komari, dan Natsumi di desa Asahigaoka jauh dari hiruk-pikuk perkotaan. Mau ke toko kecil atau ke terminal bis saja bisa berkilo-kilo jauhnya yang ditempuh dengan berjalan kaki atau naik sepeda. Mereka hidup dan bermain dikelilingi alam: dari hutan, sungai, sampai sawah hijau membentang sejauh mata memandang; pergi ke sekolah yang hanya berisi 5 orang murid beda-beda tingkat dengan 1 guru di 1 kelas; dan handphone saja sudah merupakan barang mewah yang bikin heboh. Mereka anak-anak kecil polos yang tumbuh besar dengan alami, tak pernah kehabisan ide permainan meski tanpa teknologi, dan menjalani keseharian dengan bahagia, bersemangat, dan sehat.
Kita di kota mungkin kalau mati lampu saja sudah kalap mati gaya nggak tahu mau ngapain. Karenanya, kadang melihat damainya kehidupan Renchon, dkk sedikit bikin Mimin iri, karena sekarang jujur, Mimin nggak habis pikir, "Gimana dulu (baca: tahun 90-an) Mimin bisa hidup damai tanpa komputer dan handphone, ya?" Begitu eratnya teknologi dengan kesibukan keseharian di perkotaan zaman modern terkadang mungkin membuat kokoro kita lelah. Dan, setidaknya bagi Mimin, Non Non Biyori Repeat bisa sedikit menjadi oase yang membuat kita melupakan kesibukan sejenak dan mendamaikan pikiran.
Salah satu daya tarik utama yang pertama kali dilihat dari Non Non Biyori Repeat (dan mungkin memang sudah dari Non Non Biyori yang sebelumnya) adalah pemandangan alamnya yang sangaaat indah. Meski tak ada desa Asahigaoka sungguhan di Jepang, banyak pemandangan dalam anime ini yang diambil dari lokasi-lokasi sungguhan di desa-desa Jepang, kecuali untuk sekolah Renchon, dkk yang memang diambil dari SD Ogawa Shimosato Branch di Perfektur Saitama. Dan, segenap tim background artist Non Non Biyori Repeat sungguh-sungguh telah menjalankan tugas mereka dengan jempolan sampai-sampai hasil gambaran mereka kadang terlihat lebih indah daripada aslinya. Digabung dengan iringan suling, piano, dan biola, pemandangan-pemandangan ini sangat nyaman dinikmati dan membuat hati damai rasanya.
Kepolosan tingkah Renchon, Nattsun, Koma-chan, dan Hotarun juga selalu ampuh menjadi hiburan tersendiri yang tak jarang, sukses mengajak para penontonnya tertawa terbahak-bahak. Di tangan Renge, batang kayu adalah pedang legendaris, ikan besar adalah mayday (atau Hikarimono Boss), dan bagi Renchon, dkk, permainan adu penggaris bisa dibuat sama serunya dengan game fighting, lengkap dengan jurus spesial seperti Tsubame Gaeshi, dll. Dengan kesederhanaannya, Non Non Biyori Repeat mampu tampil sangat menghibur, dan bahkan tak jarang membuat para penontonnya terharu dengan alami. Dilengkapi pemandangan cantik, visual apik, seiyuu yang pas, musik yang damai, dan cerita sederhana yang menenangkan hati, rasanya setelah dipikir-pikir, sama sekali tak ada apapun yang bisa Mimin benci dari Non Non Biyori Repeat. Bagaimana menurut kalian? Cerita mana yang paling kalian sukai?
'Kaeru, kaeru. Kaeru wa otona. Otama wa kodomo. Ushiro ashi etara tsune kajiri. Mae ashi etara hankouki...' OK, Mimin nggak bisa nyikirin ini lagu dari kepala.