Jumlah tenaga kerja pengasih di Jepang turun secara nasional menjadi 2,126 juta pada tahun fiskal 2023. Menurut survei Kementerian Kesehatan, Tenaga Kerja, dan Kesejahteraan, ini merupakan penurunan pertama sejak sistem sistem asuransi perawatan jangka panjang dimulai di tahun 2000.
Pihak kementerian berencana untuk memberikan dukungan finansial pada penyedia layanan pengasuh skala kecil dan mendorong mereka untuk memperluas jaringan melalui kemitraan untuk memperkuat manajemen dan mengamankan sumber daya.
Dilansir melalui The Japan News, kebutuhan tenaga perawatan rumah di Jepang pada tahun fiskal 2040 diprediksi mencapai 2,72 juta. Target ini akan tercapai apabila kenaikan tenaga kerja mencapai 30.000 setiap tahunnya sejak tahun fiskal 2022. “Anak muda tidak masuk ke industri ini, mereka yang akan segera pensiun juga lebih memlih mengurus orang tua,” ujar presiden Carefriend Toshima sebagai salah satu penyedia jasa.
Rendahnya upah bagi pengasuh disinyalir sebagai salah satu penyebab berkurangnya tenaga pengasuh untuk di rumah, apalagi di tengah beban kerja yang berat. Nippon Careservice Craft Union mengungkapkan bahwa gaji bulanan pengasuh di rumah berada di bawah rata-rata dengan margin 60.000 yen. Hal ini diperburuk dengan revisi biaya perawatan oleh pemerintah pada tahun fiskal 2024 lalu.
“Kami tidak mampu membayar biaya perekrutan dan pengamanan staf,” ujar manajer departemen Co-op Asahi.
Pemerintah akan memberikan subsidi sebesar dua juta yen untuk penyedia layanan di pegunungan atau pulau terpencil dan 1,5 juta yen untuk penyedia layanan dengan kurang dari lima karyawan atau memberikan jasa kurang dari 200 rumah sebulan. Subsidi ini diharapkan dapat menjadi sumber untuk perekrutan staf, pelatihan bersama, perlengkapan kebutuhan, dan reorganisasi.
Sebanyak 784 penyedia layanan pengasuh dilaporkan bangkrut, menagguhkan operasi, atau dibubarkan pada tahun 2024.