Berita Jepang | Japanesestation.com

Sebuah perusahaan farmasi di Jepang melakukan survei pencarian fakta pada tahun 2023 tentang kehamilan untuk 400 pria dan wanita lajang berusia 18-29 tahun. Hasil dari survei tersebut menunjukkan bahwa 55,2% peserta "tidak menginginkan anak di masa depan". 

Hasil survei online yang dilakukan pada Januari 2023 lalu ini muncul setelah adanya data pemerintah Jepang yang menunjukkan penurunan jumlah bayi yang lahir di negara itu, yang mana mengalami penurunan di bawah 800.000 untuk pertama kalinya sejak pencatatan dimulai pada 1899.

Lebih dari Setengah Remaja jepang Tak Ingin Punya Anak
Survei yang menanyakan tentang keinginan memiliki anak perutnya (Nippon)

Dilansir melalui Nippon, Sekitar 60% pria di Jepang berpendapat bahwa mereka tidak menginginkan anak. Sedangkan dari sisi wanita yang memikirkan hal ini, 25,5% dari mereka menyatakan bahwa ingin menjaga kemungkinan memiliki anak tetap terbuka, dan satu dari lima menyatakan minatnya untuk membekukan telur.

Di sisi lain, 68,8% dari 500 wanita (berusia 18-44 tahun pada saat melahirkan) yang telah melalui proses mencoba untuk hamil dan kemudian melahirkan mengatakan bahwa "hamil lebih sulit dari yang diharapkan sebelum mulai mencoba. untuk hamil" dan 58,4% menjawab bahwa " akan lebih baik untuk mulai mencoba hamil lebih cepat." Dalam kedua kasus tersebut, ada kecenderungan umum bahwa semakin banyak wanita yang setuju dengan pernyataan tersebut, semakin tua mereka.

Lebih dari Setengah Remaja jepang Tak Ingin Punya Anak
Survei yang menanyakan tentang kehamilan (Nippon)
Lebih dari Setengah Remaja jepang Tak Ingin Punya Anak
Survei yang menanyakan tentang memahami kehamilan (Nippon)

Keengganan remaja Jepang untuk memiliki anak telah menjadi perhatian masyarakat yang signifikan. Mereka tumbuh dalam masyarakat yang dicirikan oleh kenyamanan, teknologi canggih, dan standar hidup yang tinggi. Lingkungan ini memberi mereka banyak kemewahan dan gaya hidup yang relatif mudah. Akibatnya, beberapa orang dewasa muda memprioritaskan kenyamanan pribadi dan pemanjaan diri atas tantangan dan pengorbanan yang terkait dengan membesarkan anak.

Beberapa individu bahkan percaya bahwa kelebihan populasi manusia dan eksploitasi sumber daya merusak berujung pada kerusakan lingkungan. Persepsi ini, yang sering dipicu oleh kampanye media dan aktivis, telah membuat remaja di Jepang enggan untuk memiliki anak. Propaganda semacam itu dapat dengan kuat membentuk pola pikir individu muda dan menumbuhkan sikap negatif terhadap peran sebagai orang tua.