Pemerintah Jepang mengatakan pada Hari Senin (13/5) akan memberikan pinjaman sekitar 140,7 miliar yen atau sekitar 14 ,5 triliun rupiah untuk pembangunan proyek mass rapid transit system Indonesia Jalur Timur-Barat.
Penandatanganan pertukaran nota atau E/N senilai 140,699 miliar yen telah dilakukan pada tanggal 13 Mei antara Masaki Yasushi, Duta Besar Jepang untuk Indonesia, dan Abdul Kadir Jailani, Direktur Jenderal Asia Pasifik dan Afrika, Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia
Kedutaan Besar Jepang di Jakarta menyebut bahwa pembangunan proyek Jalur Timur-Barat sepanjang 84,1 kilometer ini akan terdiri dari dua tahap, dengan pengerjaan tahap pertama sepanjang 24,5 km, yang dimulai pada tahun 2026 dan selesai pada tahun 2031.
Teknologi Jepang akan digunakan dalam proyek ini untuk konstruksi terowongan bawah tanah, sarana perkeretaapian, dan sistem sinyal.
Pinjaman Rp14,5 triliun dari Jepang ke Indonesia tersebut akan disalurkan melalui JICA.
Yasui Takehiro, Kepala Perwakilan Japan International Cooperation Agency (JICA) di Indonesia menyebut bahwa nantinya akan ada total 21 stasiun, di mana 9 stasiun berada di bawah tanah untuk jalur MRT dari timur ke barat.
Di tengah pesatnya pertumbuhan ekonomi dan peningkatan populasi di Daerah Khusus Ibukota Jakarta dan sekitarnya, kerugian ekonomi yang disebabkan oleh kemacetan lalu lintas dan polusi udara telah menjadi masalah yang besar.
Pembangunan proyek MRT koridor Timur-Barat ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap peralihan penggunaan kendaraan pribadi ke angkutan umum, mengurangi kemacetan lalu lintas di Jakarta, memperbaiki iklim investasi serta mengurangi dampak lingkungan dan perubahan iklim