Berita Jepang | Japanesestation.com

Jumlah wisatawan asing di Jepang telah mencapai rekor tertinggi. Nilai tukar mata uang yang merosot saat ini menguntungkan bagi para wisatawan asing, membuat mereka bersedia untuk mengeluarkan uang lebih banyak selama berada di Jepang.

Hal ini menciptakan situasi di mana hotel, restoran, dan entitas perjalanan lainnya sangat ingin mendapatkan pendapatan tambahan dari para wisatawan asing yang memiliki banyak uang, sementara pada saat yang sama kenaikan harga terasa semakin menyakitkan bagi masyarakat Jepang.

Saat ini, Jepang tengah mengalami tingkat inflasi tertinggi dalam beberapa dekade, tanpa adanya peningkatan upah yang sebanding dengan biaya hidup penduduk lokal.

Akibatnya, Nijukaku, atau sistem harga dua tingkat, telah menjadi topik pembicaraan publik, di mana beberapa pejabat politik mengusulkan ide memiliki dua harga yang berbeda untuk restoran dan layanan pariwisata lainnya, dengan harga lebih tinggi untuk wisatawan asing dan harga lebih rendah untuk penduduk Jepang.

Meskipun ide ini sudah diberlakukan di beberapa restoran di Tokyo, namun Gubernur Prefektur Kanagawa, Yuji Kuroiwa menentang hal tersebut.

Dalam penampilannya di sebuah program berita The Prime di saluran televisi Fuji TV minggu lalu, Kuroiwa menyatakan:

Saya sangat menentang gagasan ini. Para wisatawan asing, dari sudut pandang Jepang dan penduduknya, adalah tamu kita. Kami telah berkata, begitu lama, 'Silakan datang berkunjung,' dan sekarang mereka datang, Anda ingin mengatakan 'Oh, hei, kami akan mengambil beberapa uang ekstra dari kalian?' Ini seperti mengenakan denda kepada mereka karena telah datang ke Jepang. Saya sangat menentang kebijakan penetapan harga yang memisahkan seperti itu.

Pria yang berusia 69 tahun, yang tidak berafiliasi dengan partai politik dan telah menjadi gubernur Kanagawa sejak 2011 tersebut menyatakan bahwa dia dengan tegas menentang menetapkan harga yang lebih tinggi kepada para wisatawan asing.

Sebagai tanggapan, salah satu panelis reguler program tersebut, Toru Hashimoto mengatakan bahwa ia merasa menetapkan harga yang lebih tinggi kepada wisatawan asing adalah cara untuk memberikan dukungan yang layak kepada wisatawan mancanegara.

Sambil Mengutip bahwa penduduk Jepang membayar pajak untuk mendukung biaya-biaya seperti infrastruktur administratif dan rumah sakit, pria yang merupakan pengacara dan komentator politik itu berpendapat, “Saya pikir diperlukan bagi wisatawan asing untuk membayar sesuatu sebagai ganti pajak [yang dibayarkan oleh rakyat Jepang].”

Bahkan tanpa secara langsung menjawab sindiran yang meragukan bahwa wisatawan asing mendapat manfaat besar dari sistem rumah sakit Jepang, Kuroiwa membalas:

Situasinya sama dengan ketika orang Jepang melakukan perjalanan domestik ke suatu tempat selain tempat tinggal mereka. Jika seseorang datang ke kota Kamakura di Kanagawa dari prefektur lain, mereka tidak membayar pajak kepada Kamakura, namun kami masih memperbolehkan mereka untuk menggunakan layanan kota.

Hashimoto dalam argumennya terlihat mengabaikan bukti bahwa wisatawan asing memang membayar pajak, yakni dalam bentuk pajak penjualan/konsumsi atas makanan dan barang belanjaan, serta akomodasi dan pajak sumber air panas di hotel-hotel di yurisdiksi yang memungutnya.

Memang benar, pembayaran pajak tersebut bersifat tidak langsung, karena dibayarkan oleh restoran, toko, dan hotel, namun biaya pajak tersebut dimasukkan ke dalam harga yang dikenakan.

Anggapan bahwa wisatawan asing, yang merupakan tamu dari luar negeri tidak memberikan kontribusi terhadap pundi-pundi pajak di Jepang adalah tindakan yang tidak masuk akal, menurut Kuroiwa.