Anggota parlemen Jepang dari partai populis kanan Sanseito, Mizuho Umemura, memicu kontroversi setelah menolak usulan penambahan makam untuk warga asing di Jepang, khususnya Muslim. Ia berpendapat Jepang tidak membutuhkan lebih banyak lahan pemakaman karena 99% masyarakat memilih kremasi.
Ia menegaskan bahwa Jepang harus memprioritaskan budaya lokal dan sanitasi publik, mengingat tradisi kremasi sudah menjadi norma umum karena keterbatasan lahan.
Umemura menilai pemerintah tidak perlu mengakomodasi praktik penguburan tanah yang berbeda dengan kebiasaan Jepang. Dengan mengutip prinsip “di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung”, ia meminta penegasan batas antara apa yang dapat diterima dan tidak dalam masyarakat Jepang. Umemura juga menyarankan agar jenazah warga asing yang ingin dimakamkan secara utuh dipulangkan ke negara asal.
"Kita harus mengatakan dengan jelas bahwa negara kita adalah negara di mana masuk ke desa harus mengikuti desa itu (di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung)," ujar Umemura, dalam sidang Komite Kesehatan, Kesejahteraan, dan Tenaga Kerja Dewan Penasihat Jepang, 27 November 2025.
Pemerintah pusat menanggapi bahwa pengelolaan pemakaman adalah kewenangan pemerintah daerah, sehingga keputusan ada di masing-masing wilayah. Para pakar juga menegaskan bahwa pandangan Sanseito tidak mencerminkan masyarakat Jepang secara keseluruhan, banyak contoh positif integrasi Muslim di Jepang seperti berbagai fasilitas ibadah yang mulai disediakan serta restoran yang menyediakan makanan halal. Para akademisi menilai Sanseito sekadar memanfaatkan rasa ketidakamanan publik demi agenda politik.