Situs ventilasi karbon dioksida (CO2) bawah laut di dekat sebuah pulau yang terletak 160 kilometer dari selatan pusat kota Tokyo dapat memberikan informasi penting bagi para peneliti Universitas Tsukuba yang sedang mempelajari dampak pengasaman laut.
Sedang terjadi pengasaman lautan seiring dengan meningkatnya konsentrasi CO2 di atmosfer, dan hal ini memicu perhatian khusus para komunitas ilmiah tentang bagaimana hal itu akan mempengaruhi ekosistem.
Pada bulan Juni tim peneliti melakukan sebuah tur penyelaman ilmiah ke pulau Shikinejima, yang termasuk ke dalam yurisdiksi desa Niijima di bawah pemerintah metropolitan Tokyo.
Gelembung terlihat menyembur keluar dan mengaduk pasir dari dasar laut di kedalaman sekitar 10 meter di dekat Teluk Mikawa di sisi selatan pulau tersebut. Tirai-tirai gelembung yang berkilauan muncul disana-sini, dan saat mendekati salah satu ventilasi, air di sekitarnya mulai terasa panas.
Penyelam lokal memanggil lokasi ini sebagai "mata air panas bawah laut".
Shigeki Wada, yang berada di tim riset, mengatakan bahwa gas yang menyembur sebagian besar terdiri dari CO2 dan mengandung sangat sedikit hidrogen sulfida.
Air laut umumnya merupakan basa rendah mendekati permukaannya, dengan pH, ukuran konsentrasi ion hidrogen, berada di kisaran sekitar 8,1, tetapi air laut di lokasi ventilasi Shikinejima tampak lebih asam, dengan pH sekitar 7.
Ada beberapa laporan tentang kondisi serupa dari sejumlah lokasi lainnya, termasuk pulau Ischia di Italia, Papua Nugini, dan pulau Io Torishima di Jepang. Tidak ada suatu kesimpulan yang dapat ditarik tentang mengapa CO2 menyembur keluar di beberapa lokasi serupa, kata Wada, asisten profesor oseanografi biologi di Pusat Penelitian Kelautan Shimoda Universitas Tsukuba.
Anggota tim Universitas Tsukuba telah melakukan sekitar 10 sesi penyelaman ilmiah per tahunnya di pulau Shikinejima sejak tahun 2014. Mereka membandingkan area dengan pH 7,5 hingga 7,9 sekitar 100 meter dari lokasi ventilasi dengan area lain yang tidak terkena proses pengasaman untuk mempelajari dampaknya pada fotosintesis dan pertumbuhan rumput laut.
Tidak ada karang yang terlihat di dekat lokasi ventilasi, begitupun dengan rumput laut yang biasanya tumbuh subur di dasar laut. Alga Calcareous, atau rumput laut dengan kerak calcic, juga langka disana. Komposisi populasi spesies ikan di daerah itu juga tidak sama dengan di belahan lautan lainnya, Wada menambahkan.
"Karang dan rumput laut, yang berfungsi sebagai tempat lahir berbagai makhluk laut termasuk ikan, bisa punah di bawah pengaruh pengasaman," kata Wada. "Kami sedang mempelajari landasan uji teori ini untuk pengasaman 'lautan masa depan' dengan harapan dapat memberitahukan sebelumnya tentang apa yang mungkin akan terjadi."