Mungkin museum-museum yang menampilkan hewan-hewan, benda-benda sejarah dan budaya, atau koleksi perangko sudah biasa bagi kita. Namun bagaimana dengan museum satu ini yang menampilkan koleksi tengkorak?
Pengunjung dari Skull Museum mungkin akan ketakutan dan takjub oleh lebih dari 6.900 benda bertemakan tengkorak. Museum swasta bertingkat tiga ini bahkan dibangun dalam bentuk sebuah tengkorak. Direktur museum Keiji Kawamoto tentu sangat total untuk hal yang berkaitan dengan hasratnya: tengkorak. Bahkan plat nomornya, 1096, merupakan plesetan dari "do-ku-ro" yang berarti tengkorak dalam Bahasa Jepang.
Lantai pertama museum ini berfokus pada peralatan rumah tangga seperti jam dan korek api, sedangkan lantai duanya didedikasikan untuk topeng-topeng dari seluruh dunia, benda-benda yang terkait Halloween, dan benda-benda kebudayaan lainnya. Benda-benda dan artifak medis serta arkeologi, termasuk tengkorak asli, ditampilkan di lantai tiga.
Kawamoto (69 tahun), profesor emeritus Kansai Medical University, telah melakukan lebih dari 1000 operasi bedah syaraf dan menjadi ketua bagi berbagai lembaga akademik. Ia mulai tertarik dengan tengkorak sejak 25 tahun lalu saat ia mengunjungi Amerika Serikat untuk pertemuan akademik. Ia menemukan sebuah tengkorak yang dijadikan benda seni di sebuah toko. Kelereng dipasangkan di rongga mata tengkorak tersebut dan dihiasi dengan ornamen rangka.
Tanpa alasan yang jelas, Kawamoto merasakan kejutan, seperti listrik mengalir di tubuhnya secara tiba-tiba, dan membeli tengkorak tersebut. Ternyata, berbagai kesialan mengikutinya, salah satunya adalah anggota keluarga yang mengalami kecelakaan. Kawamoto tidak punya pilihan selain menjalani ritual penyucian. Namun keinginannya untuk mengoleksi benda bertema tengkorak tidak pernah pudar.
Di Cina, ia meminta ahli kaligrafi terkenal untuk menuliskan kata "tengkorak" dalam berbagai bentuk. Di Paris, Kawamoto menyewa seorang seniman dengan bayaran tiga kali lipat untuk menggambar dirinya dengan wajah separuh tengkorak. Ia harus menunggu hingga tahun 2011, saat ia pensiun, untuk membuka museum ini.
"Saat kau merenungkan kematian, kau bisa berpikir serius mengenai hidup. Aku ingin museum ini menjadi titik awal," jelas Kawamoto. Ia berniat untuk mengajukan museum ini ke Guinness World Records saat koleksinya melewati angka 10.000. Namun setelah ia pensiun, istrinya mengetatkan anggaran dan melarangnya untuk menggunakan kartu kredit.
"Aku sedang dalam tahap yang sulit, namun aku masih ingin mengejar puncak," terang Kawamoto mengenai kesulitannnya menambah koleksi, namun tetap menunjukkan hasratnya yang tidak pernah pudar.
Alamat: 5-49 Hamadacho, Amagasaki, Prefektur Hyogo. Buka setiap Sabtu dan Minggu. Harga tiket masuk 500 yen untuk pelajar dan yang lebih tua.