Berita Jepang | Japanesestation.com

Tidak ada perjalanan ke Osaka yang lengkap tanpa mengunjungi papan Glico bergambar pelari maraton yang ikonik di sepanjang kanal Dōtonbori. Meskipun kelihatannya hanya sebuah papan lampu, tetapi Glico Man merupakan spot paling populer bagi turis dari seluruh dunia untuk berfoto di Osaka. Tetapi tahukah kamu siapa sebenarnya pelari maraton tersebut? Dan mengapa penduduk lokal dan turis begitu terpikat dengan Glico Man?

Papan Glico
Papan Glico bergambar pelari maraton yang populer di Jepang (thesmartlocal.com)

Pria yang dimaksud adalah Fortunato Catalon, seorang juara lari tahun 1910-an asal Tolosa, Leyte, Filipina. Catalon berasal dari keluarga petani, dan di masa mudanya, dia bermain olahraga di Sekolah Menengah Leyte. Pada kompetisi pertamanya, Catalon mengantongi juara kedua kompetisi lari dengan catatan waktu 10,2 detik, tepat di belakang pemenang tahun 1915, Genaro Saavedra.

Papan Glico
Papan Glico bergambar pelari maraton yang populer di Jepang (esquiremag.ph)

Pada usia 19 tahun, Catalon mengikuti Far Eastern Games 1917 di Tokyo, di mana ia mengikuti kompetisi lari 100 yard dan 220 yard. DIa memenangkan lari 100-yard dalam waktu 10 detik, sementara dia berlari selama 23,8 detik dalam kompetisi 220 yard. Dia adalah orang kedua yang memenangkan balapan ganda setelah Pio Robillos pada tahun 1913. Catalon kemudian berpartisipasi berbagai pertandingan, seperti Olimpiade Manila, Shanghai Games, dan Far Eastern Competition, memberinya gelar tidak resmi sebagai “Manusia Tercepat di Asia,” menurut The Manila Times.

Fortunato Catalon
Fortunato Catalon (kiri) menjabat tangan Pangeran Chichibu di Olimpiade Far Eastern (esquiremag.ph)

Tetapi apakah benar Catalon menginspirasi gambar pelari maraton atau Glico Man yang kita kenal sekarang? Sedikit sejarah tentang Glico, pada tahun 1919, pengusaha Jepang bernama Riichi Ezaki menemukan bahwa tiram mengandung glikogen, sebuah polisakarida yang ditemukan pada hewan, bakteri, dan jamur. Dia kemudian terus menggunakan glikogen dalam produk makanannya. Di sinilah Glico mendapatkan namanya. Karamel berbentuk hati, produk Glico, awalnya dikemas dalam kotak merah dengan gambar pelari maraton dengan tangan terangkat. Slogannya saat itu adalah “300 Meters in a Single Piece”, yang artinya isi box tersebut dapat memberikan energi kepada konsumennya untuk berlari sejauh 300 meter, seperti citra sang pelari maraton. Tapi apakah pria tersebut benar orang Filipina?

Kemasan Glico
Kemasan awal permen karamel Glico (thesmartlocal.com)

Informasi yang diterjemahkan dari Museum Glico Osaka mengungkapkan jawabannya. Saat melakukan riset pasar untuk kemasan Glico, reaksi awal terhadap wajah pelari maraton Glico yang pertama adalah bahwa dia terlihat terlalu menakutkan bagi anak-anak. Ezaki berusaha mengubahnya, dan dalam prosesnya, dia mengumpulkan pasak dari para pelari yang tersenyum, dan Catalon termasuk dalam tiga pria yang menginspirasi terciptanya Glico Man. Hasilnya adalah gabungan dari ketiga pria, termasuk Shizo Kanakuri, yang dinobatkan sebagai "bapak lari maraton di Jepang” pada era yang hampir bersamaan.

Shizo Kanakuri
Shizo Kanakuri, bapak lari maraton di Jepang yang menginspirasi Glico Man (ozy.com)

Tentu saja, Glico Man yang kita lihat sekarang telah jauh berevolusi dari logo yang pertama kali digunakan oleh produsen makanan ringan Jepang ini. Tetapi meskipun telah melewati lebih dari 80 tahun pemasangan, status pelari maraton ini sebagai ikon dari Glico tidak pernah berubah. Papan Glico Man yang ada di Osaka saat ini merupakan versi ke-6 yang dipasang pada tahun 2014.

Sumber: Esquire Magazine, The Smart Local