Seorang pengusaha kaya yang jatuh cinta dengan keindahan alam Hokkaido sehingga mengundurkan diri dari pekerjaannya dan menetap di Niseko. Ini bukanlah premis dari suatu film drama ataupun anime ber-genre "slice of life". Ini adalah kisah nyata milik Dennis van den Brink, seorang pengusaha asal Belanda. Yang membuatnya jatuh cinta bukanlah pegunungan di Hokkaido, melainkan lembah dan tanahnya.
"Saya datang kesini untuk bertani," ujar van den Brink. Ia juga yang telah berkontribusi besar dalam pembangunan Niseko Green Farm, sebuah perkebunan yang berfokus pada pertanian organik di Kutchan, sebuah wilayah yang terletak disebelah barat daya Sapporo. Perkebunan ini juga merupakan pemasok utama sayuran organik ke wilayah diluar daerah Kutchan, restoran-restoran yang ada di Sapporo, dan juga ke pedagang sayuran musiman di seluruh penjuru Jepang. Niseko Green Farm juga telah bekerja sama dengan 2 restoran di kota Hirafu, yaitu Green Farm Cafe dan IKI. Sepanjang musim dingin, van den Brink membantu mengelola restoran dan bahkan membantu di dapur mereka.
Sebelum menetap di Niseko, van den Brink telah berkelana di benua Eropa, Asia, hingga Selandia Baru, dan sebagian besar menggunakan sepeda, hanya untuk mencari gaya hidup ramah lingkungan.
"Sangat sedikit tempat di dunia ini yang memiliki lahan yang luas dapat anda tinggali secara bebas, dan dengan air dan udara yang bersih," ujarnya. "Di mana anda juga dapat menemukan kedamaian jiwa di tempat itu."
Green Farm Cafe juga lebih mengutamakan "makanan rohani" bagi para pengunjung mereka. Mereka menyediakan taman sebagai tempat bersantap saat musim panas, daging ham yang terbuat dari daging sapi Hokkaido, roti daging ataupun sosis yang dibuat menggunakan bahan yang berasal dari perkebunan mereka, dan semuanya itu dibuat setiap hari. Cafe ini adalah tempat yang sangat cocok untuk menikmati makanan tradisional, dan juga slow food. Musim panas juga merupakan kesempatan bagus bagi anda yang ingin mengunjungi perkebunan ini.
"Kami memberikan tur berkeliling perkebunan dan mengijinkan para pengunjung untuk memetik sendiri sayuran yang mereka inginkan," kata van den Brink. Setelah itu, sayuran-sayuran tersebut akan dicuci dan para pengunjung akan diberikan adonan roti pizza yang telah disiapkan.
"Para pengunjung dapat membuat pizza sendiri dan kemudian bersama-sama memanggangnya menggunakan tungku pembakaran tradisional yang menggunakan kayu sebagai bahan bakarnya. Ini adalah pizza 100% organik!"
Menurut van den Brink, cara seperti ini bukan hanya merangsang lidah dan nafsu makan, tetapi juga mengajak orang ikut terlibat dalam prosesnya. "Bagi sebagian orang, melihat tanaman tumbuh adalah pengalaman yang luar biasa, karena banyak dari mereka yang hanya membeli sayuran langsung dari supermarket, tanpa tahu asal-usulnya. Orang-orang sangat terkejut akan kesegaran dan rasa sayurannya."
Meskipun van den Brink selalu berpikir untuk membuka usaha makanan, ia tidak pernah memulainya hingga saat ia ke Jepang dan mulai belajar bercocok tanam.
"Sebelum berkelana, saya bekerja dengan orang-orang biasa di Belanda," katanya. "Impian saya adalah memiliki sebuah tempat kecil di pinggiran desa, dan saya ingin bertani bersama penduduk dan membuka restoran kecil."
Setelah berkelana, ia sempat menjadi juru masak di Tokyo pada tahun 2000, dan bekerja di sebuah perkebunan di prefektur Fukushima pada musim panas dan musim gugur di tahun yang sama. Setelah beberapa tahun belajar, akhirnya ia tiba di Niseko pada tahun 2007. Pada saat itu ia telah berkeliling Jepang dan belajar mengenai bibit turun temurun. Benih yang sama yang ditanam, dan tanaman tersebut diambil lagi benihnya untuk ditanam musim berikutnya.
"Bibit yang telah digunakan turun temurun memiliki cerita yang sangat unik. Bibit ini telah diturunkan dalam keluarga petani selama ratusan tahun, dari generasi ke generasi. Bibit ini telah beradaptasi dalam cuaca yang sangat beragam, sehingga memiliki kesempatan hidup cukup tinggi. Hasil panennya memiliki bentuk yang bagus dan warna yang kaya," ujar van den Brink.
Bulan Mei adalah waktu yang sibuk bagi van den Brink dan petani-petani yang ada di Niseko, di mana musim semi yang singkat bagi mereka untuk bersiap-siap memanen hasil dari ladang mereka seluas 12 hektar.
"Kami baru saja membangun cukup banyak rumah kaca dan asparagus yang ditanam akan segera panen," ujarnya. "Kami menanam semua bibit, menyiramnya setiap pagi dan memindahkannya dari rak-rak ke pot-pot kecil agar tumbuh lebih baik. Kami mengerjakan semuanya di dalam rumah kaca dan menggunakan tangan sendiri tanpa bantuan mesin, karena tanah yang dibawa bersama bibit bukanlah tanah organik. Karena salju meleleh cukup lama di sini, kami memiliki waktu yang sangat sempit untuk bersiap-siap."
Jika ditanya apakah ia tertarik untuk bertani secara konvensional? Ia menjawab tidak. Ia sangat puas akan hasil karyanya bersama petani lokal. "Pertanian organik lebih ramah lingkungan, kualitas hasil panennya lebih bagus, dan akhirnya juga berpengaruh pada rasa dan tampilan sayuran dan makanan," ujar van den Brink. "Akan sangat sulit membuat saya berpaling dari tempat ini, dari Niseko."
Niseko Green Farm 258-3 Kutchan-cho, Hirafu, Abuta, Hokkaido. Toko online perkebunan ini akan di-update setiap pada bulan Juni, dan sayurannya akan dijual mulai pertengahan Juni. Untuk info lebih lanjut anda dapat mengunjungi situs resmi mereka di NisekoGreenFarm
Green Farm Cafe 167-6 Yanada, Kutchan-cho, Hirafu, Abuta, Hokkaido