Musim panen padi telah tiba, pada saat ini setiap tahunnya ada banyak festival tradisional di seluruh Jepang. Akhir pekan yang lalu (tiga hari liburan panjang di akhir pekan) kita dapat melihat beberapa kuil portabel (omikoshi) di sekitar Meguro dan bahkan di jantung Shibuya. Tapi setiap tahun pada awal September ada jenis lain dari festival yang diselenggarakan oleh para mahasiswa dari Tokyo University of the Arts, yang merupakan bagian dari karnaval seni dengan banyak persamaan dari matsuri tradisional Jepang.

Festival ini disebut Geisai ("Gei" berarti "seni" dan berasal dari Geidai, julukan untuk kampus tersebut, sementara "sai" berarti festival) dan festival tiga hari ini selalu memiliki arak-arakan yang rumit (dan besar) yang memamerkan bakat dari para mahasiswa yang kreatif. Ada juga pertunjukan dan musik selama festival tersebut, dengan acara tersebut berlangsung di kampus utamanya tetapi juga tumpah keluar ke jalan-jalan di dekat Ueno. Para mahasiswa bersaing untuk melihat tim mana yang memiliki arak-arakan terbaik saat mereka berparade di sekitarnya, mengenakan pakaian warna-warni yang menyerupai pakaian biasa yang para anggota kuil biasanya kenakan di berbagai festival, dengan beberapa tambahan hiasan.

Arak-arakan harimau ini adalah peserta yang menang dalam festival tersebut. Mulutnya dibuat secara luar biasa.

Hanya Tuhan yang tahu apa yang mereka lakukan dengan arak-arakan raksasa ini setelah festival berakhir.