Seri Castlevania, atau yang dikenal dalam bahasa Jepang sebagai Akumajo Dracula, adalah seri game terkenal buatan Konami, yang pertama kali hadir pada tahun 1986 pada konsol Famicom Disk System. Sebagian besar game ini mengisahkan klan pemburu vampir Belmont, dan Dracula. Sebuah animasi yang diadaptasi dari game tersebut, yang juga diberi judul Castlevania telah mulai tayang di Netflix pada 7 Juli lalu.
Seri animasi yang telah rilis sebanyak 4 episode ini merupakan adaptasi dari game Castlevania III: Dracula’s Curse. Yang menjadi tokoh utama dalam animasi ini adalah keturunan terakhir klan pemburu vampir, Trevor Belmont (Richard Armitage), Alucard (James Callis), seorang dhampir yang juga adalah anak dari Dracula (Graham McTavish), serta Sypha Belnades (Alejandra Reynoso), seorang gadis yang memiliki kemampuan sihir. Mereka bertiga akan melakukan petualangan untuk membasmi Dracula yang telah meneror seluruh Wallachia.
Kesan pertama yang penulis dapat saat menonton episode pertama animasi ini adalah, animasi ini anime banget! Reaksi pertama penulis saat menonton animasi ini, adalah merasa aneh saat mata melihat animasi yang seperti anime, namun dengan dialog bahasa Inggris, sehingga refleks mencari audio bahasa Jepang… yang tidak ada, karena animasi ini asli buatan negeri Paman Sam, yang sengaja dibuat dengan konsep seperti anime.
Karakter utama Trevor Belmont sendiri tergambar sebagai seorang tokoh yang cukup menarik, dengan cara berbicaranya yang sarkastis, dan kadang terlihat seperti orang yang tidak bisa diandalkan, namun sebenarnya menyimpan kemampuan yang luar biasa, hanya ketika melawan makhluk-makhluk dunia lain. Kedua tokoh pendampingnya sendiri belum digambarkan secara mendetail karena baru muncul di episode-episode akhir. Secara umum, penggambaran karakter orang barat di animasi ini pastinya akan berbeda dengan stereotype tokoh barat yang biasanya muncul di anime Jepang.
Penceritaan kisah dalam animasi ini juga cukup apik, yang dimulai tidak langsung dari munculnya Trevor, melainkan dari kisah yang melatarbelakangi teror Dracula kepada rakyat Wallachia. Kisah latar belakang ini sendiri bisa membuat penonton sedikit menaruh simpati kepada sang tokoh antagonis utama, sebuah hal yang biasanya ditemui pada kisah-kisah anime Jepang. Efek suara dan musik dalam animasi ini juga cukup mendukung, walaupun tidak memiliki lagu tema maupun adegan pembuka yang se-catchy anime Jepang.
Menurut penulis, animasi Castlevania ini menarik untuk disimak, terutama oleh mereka yang menggemari game aslinya. Meski demikian, penggemar anime maupun animasi barat pun tidak akan kesulitan untuk mengikuti animasi ini, karena memiliki elemen-elemen dari keduanya. Animasi ini juga bisa menarik penonton untuk binge-watching. Untungnya, meski season pertamanya hanya terdiri atas 4 episode saja, animasi yang diproduksi oleh Frederator Studios dan Powerhouse Animation Studios ini juga direncanakan untuk merilis season keduanya dengan jumlah episode dua kali lipat season pertamanya.
(Featured image: denofgeek.com)