Berita Jepang | Japanesestation.com

Jepang merupakan sebuah negara yang tampak cantik di antara negara-negara Asia lainnya. Tidak sedikit orang memandang Jepang sebagai pesona Asia, dan tertarik dengan kultur Jepang secara besar-besaran. Hal ini juga dimanfaatkan oleh industri film Barat untuk menggunakan bumbu-bumbu Jepang sebagai latar belakang cerita, tokoh di cerita, maupun adaptasi dari film Jepang yang sudah ada. Dilansir dari Tokyo Weekender kita akan membahas 5 film yang membungkus Jepang ke dalam sajian sinema mereka. Kira-kira seberapa akurat, ya, mereka membawakan budaya Jepang?

1. Fast and Furious: Tokyo Drift (2006)

Fast and Furious: Tokyo Drift
Cuplikan Fast and Furious: Tokyo Drift (youtube.com)

Apakah dengan menggunakan kata 'Tokyo' membuat film ini menjadi akurat secara budaya?

Fast and Furious menceritakan mengenai dunia balap-membalap, terutama balapan liar. Mendapat rating 37% di Rotten Tomatoes, film ini dianggap sangat seksis karena mendeskripsikan wanita dengan cara yang salah, dan hanya menjadikan wanita sebagai obyek. Selain itu, perempuan-perempuan Jepang yang ada dalam film ini juga tidak terlihat seperti perempuan Jepang asli, melainkan perempuan Asia campuran biasa. Terlihat jelas bahwa film ini tidak bermaksud untuk mengapresiasi budaya Jepang. Meski terdapat juga peran dari kelompok Yakuza dan koukosei (siswa SMA) dari Jepang, namun tetap saja gambaran-gambaran tersebut dianggap tidak akurat, terlalu dilebihkan, dan hanya menjual gimmick Jepang.

Kesalahan lain yang ditemukan adalah penggambaran murid Jepang dengan fashion yang mencolok. Padahal, murid-murid di Jepang sangat disiplin dan tidak sebebas yang dideskripsikan oleh film tersebut.

Menurut Tokyo Weekender, akurasi dari film ini terhadap budaya Jepang hanya 12%.

 2. Austin Powers in Goldmember (2002)

Austin Powers in Goldmember
Austin bersama Fook Yu dan Fook Mi (empireonline.com)

FIlm dengan komedi slapstick yang kental ini ternyata hanya menggunakan gimmick-gimmick Jepang sekilas untuk keperluan komedi. Dengan pemeran utama yang nyeleneh bernama Austin Powers ini, dikisahkan dirinya pergi ke Jepang dengan berbentuk backdrop atau latar belakang buatan.

Latar belakang tersebut juga ditempeli oleh icon-icon Jepang terkenal seperti figur-figur Sanrio, Pokemon, dan Godzilla dari plastik. Belum lagi dengan penampakan gunung Fuji dari jendela kantor salah satu tokoh bernama Mr. Roboto, dan tokoh-tokoh perempuan yang tidak boleh luput dari cerita komedi yang lekat dengan tokoh utama playboy ini, yaitu Fook Yu dan Fook Mi. Tentunya dari penulisan nama tersebut pun, tidak terbesit sama sekali karakter perempuan Jepang yang otentik. Tentu saja karena film ini hanya menggunakan unsur-unsur Jepang sebagai alat komedinya.

Namun dibalik unsur komedi yang melenceng dari budaya Jepang ini, ada dua hal remeh yang mereka tangkap dengan benar, yaitu tokoh pesumo yang berasal dari luar negeri, dan adegan Austin kencing di dekat patung anak kecil yang sedang kencing. Diketahui bahwa dari 700 atlet pesumo di Jepang, ada 200 atlet yang berasal dari luar negeri. Hal itu dianggap sebagai salah satu penggambaran fenomena yang lumayan akurat. Sementara untuk patung kencing, memang bisa ditemukan dengan nama The Little Peeing Monk, yang berada di platform 3 dan 4 di stasiun Hamamatsucho.

Menurut Tokyo Weekender, akurasi film tersebut terhadap budaya Jepang hanya sebesar 20%. 

Cek halaman berikutnya untuk tahu film Barat yang lain, ya!