Berita Jepang | Japanesestation.com

Di kota Hachimantaii, Prefektur Akita, Jepang terdapat sebuah ritual tari dan musik yang telah berusia lebih dari 1.300 tahun. Bernama Dainichi Bugaku, kesenian ini sudah ada sejak zaman Nara, 718 M. Dalam bahasa Jepang, bugaku berarti "musik dan tari istana" sementara Dainichido adalah sebuah kuil di kawasan Azukizawa.

Setiap tahunnya pada tanggal 2 Januari, orang-orang dari empat komunitas lokal berkumpul di aula kuil Dainichido untuk melakukan tujuh tarian sakral. Suara muda-mudi dengan semangat tinggi bergema di sebuah desa di pegunungan yang terkubur di dalam salju yang dingin. Bahkan di kota Kazuno di Prefektur Akita, Jepang utara suhunya bisa mencapai minus 20 derajat.

Tarian ini dibawakan oleh 4 kelompok yang terdiri dari 35 penganut Shinto dari empat kawasan pemukiman Osato, Azukisawa, Nagamine, dan Taniuchi. Pada dini hari di hari kedua tahun baru, kelompok musik dan tari dari keempat pemukiman berkumpul di kuil setempat untuk melakukan prosesi menuju ke Kuil Dainichido.

Para peserta yang mengikuti ritual ini harus menjalani kegiatan spiritual yang ketat sebagai persiapan untuk melakukan tarian yang dapat berlangsung hingga 48 hari ini. Selama ritual ini, mereka harus tidur sendirian, menahan diri dari mengunjungi rumah orang yang baru meninggal, hingga tidak memakan daging. Dalam salah satu komunitas, bahkan ada kegiatan spiritual lain seperti mandi pagi dengan menggunakan air es. Hal ini dimaksudkan sebagai ritual untuk membersihkan diri.

Sementara itu para peserta ritual umumnya mengajarkan tradisi mereka ke generasi berikutnya untuk melestarikan tradisi yang indah ini. Karena angka kelahiran yang terus menurun akan membuat sulitnya mencari generasi muda yang ingin melanjutkan tradisi Dainichi Bugaku ini.