12 Maret lalu, Kuil Todai-ji di Kota Nara dipenuhi oleh percikan api dan kerumunan orang. Bukan karena terjadi kecelakaan, melainkan mereka sedang melaksanakan sebuah ritual upacara bernama Omizutori. Untuk pertama kalinya dalam empat tahun, orang-orang menyaksikan percikan api beterbangan dari dekat saat obor besar dibawa ke kuil Todai-ji dalam rangka merayakan malam utama upacara.
Apa itu Omizutori?
Omizutori (お水取り) adalah nama yang umum digunakan untuk Shunie, serangkaian acara yang diadakan setiap tahun dari tanggal 1 hingga 14 Maret di Kuil Todai-ji. Upacara ini telah diadakan selama lebih dari 1250 tahun, menjadikannya salah satu acara Buddhis tertua di Jepang.
Upacara yang diadakan setiap tahun ini berlangsung di Aula Nigatsudo, salah satu bagian Kuil todai-ji, yang berdiri tidak jauh dari aula utama kuil di lereng bukit. Nigatsudo secara harfiah berarti aula bulan kedua, mengacu pada bulan kedua kalender lunar saat Omizutori diadakan. Bulan kedua dari kalender lunar kira-kira sama dengan bulan Maret dari kalender matahari.
Pertama Kalinya Sejak Pandemi
Pada tanggal 12 Maret, obor kagotaimatsu berukuran besar dengan panjang sekitar 8 meter dinyalakan. Acara ini diadakan untuk pelatihan para pendeta, atau rengyoshu. Penjaga kuil muda bernama doji memimpin rengyoshu satu per satu, melambaikan obor dari pagar aula dan menyebarkan percikan api yang diyakini dapat melindungi dari penyakit dan bencana. Acara ini berlangsung setiap malam dari tanggal 1 hingga 14 Maret, tetapi penerangan obor pada malam tanggal 12 adalah yang terbesar.
Dalam beberapa tahun terakhir, area di sekitar aula telah ditutup untuk melihat obor sebagai tindakan pencegahan pandemi. Namun pada malam tanggal 12 kemarin, para hadirin bersorak saat doji buru-buru membawa obor, mengayunkannya ke atas dan ke sekeliling untuk menjatuhkan bara api di bawahnya.
Tahun ini adalah tahun ke-1.273 acara tersebut diadakan, sejak dimulainya di tahun 752. Upacara ini juga disebut ritus penentuan karena terus berlanjut setiap tahun tanpa gagal, bahkan selama masa perang.
Pada pagi hari esoknya, tanggal 13 Maret, para pendeta mengambil air dari sumur di bawah aula Nigatsudo untuk persembahan kozui kepada Kannon (Bodhisattva) Berkepala Sebelas, objek pemujaan utama aula, sebelum ritual berakhir pada dini hari. tanggal 15 Maret.