Kematian memang bagian dari siklus kehidupan yang tak terhindarkan. Sama seperti budaya lainnya, di Jepang pemakaman menjadi peristiwa sakral yang dilaksanakan dengan tata cara tertentu dan membuat kita bertanya-tanya, seperti apa upacara pemakaman Jepang berlangsung? Artikel ini akan membawamu mengenal bentuk makam Jepang dan tata cara upacara pemakaman mereka yang penuh makna.
Apa yang Sebaiknya Kamu Pakai Saat Upacara Pemakaman?
Hitam adalah warna duka di Jepang. Sementara dalam beberapa tahun terakhir biru tua dan abu-abu gelap masih bisa diterima di pemakaman. Untuk pria setelan jas hitam polos dengan kemeja putih polos, dasi hitam, sepatu hitam polos dan tidak boleh ada gesper berkilau di atas sepatu dan tidak boleh memakai perhiasan kecuali cincin kawin. Sedangkan wanita, memakai kimono hitam polos dan tidak boleh bermotif atau hiasan lainnya. Kimono harus panjang menutupi lutut dan harus memiliki garis leher yang tinggi. Wanita dengan rambut panjang harus tetap disanggul, sementara wanita dengan rambut pendek harus menjaganya dengan hairspray.
Seperti Apa Upacara Pemakaman di Jepang?
Adai tiga upacara pemakaman yang harus dilalui jenazah sebelum dikuburkan yaitu wake ceremony, ososhiki, terakhir upacara kremasi.
Otsuya – Wake Ceremony
Otsuya mirip dengan upacara pemakaman barat, momen dimana keluarga, kerabat, dan teman dekat berkumpul untuk mengucapkan selamat tinggal kepada almarhum. Sedangkan para tamu biasanya membawa okoden, uang persembahan dalam amplop yang didekorasi pita hitam dan perak khusus. Jumlah sumbangan biasanya tergantung seberapa dekat hubungan tamu pada almarhum, bisa 3000 yen hingga 30.000 yen.
Saat upacara berlangsung seorang pendeta Buddha akan melantunkan apa yang disebut sutra sementara keluarga dan kerabat akan berdoa sambil menyerahkan dupa pada guci di depan tubuh almarhum. Pada saat yang sama, para tamu yang hadir akan melakukan ritual yang sama di belakang kursi anggota keluarga almarhum. Setelah upacara wake berakhir, para tamu dipersilahkan pulang sedangkan keluarga almarhum akan berjaga semalaman.
OSOSHIKI (Kokubetsushiki) - Funeral Ceremony
Ososhiki biasanya dilakukan setelah upacara wake, prosedurnya mirip dengan wake, keluarga mempersembahkan dupa di depan tubuh almarhum, sementara seorang imam melantunkan sutra. Yang berbeda ketika, almarhum menerima nama Buddha baru atau kaimyō. Nama baru ini dipercaya untuk mencegah kembalinya almarhum jika namanya dipanggil. Setelah imam melantunkan sutra, upacara dilanjutkan dengan Kokubetsushiki di mana para keabat yang berduka memberikan penghormatan kepada almarhum dan memberikan belasungkawa kepada keluarga.
Upacara Kremasi
Terakhir, ada upacara kremasi, upacara yang bersifat privat yang dilakukan hanya dengan keluarga almarhum. Setelah jenazah dikremasi, keluarga menggunakan sumpit untuk mengambil tulang dari abu dan menempatkannya di guci kemudian ditempatkan di dalam batu makam.
Bagaimana Bentuk Makam di Jepang?
Abu kremasi akan ditempatkan di dalam batu nisan yang didedikasikan untuk seluruh keluarga. Alasannya, untuk menghemat lahan pemakaman, sehingga batu nisan berdiri secara vertikal. Di atas makam tersedia tempat untuk vas bunga dan dupa. Biasanya orang yang mengunjungi makam akan membawa bunga dan air segar untuk menyiram nisan sebagai bagian dari ritual keagamaan, biasanya para pelayat akan meninggalkan sedikit makanan favorit almarhum di atas nisan, sambil berdoa dengan dupa. Hampir semua pemakaman Jepang dilakukan menurut agama Buddha, terlepas dari agama apa yang dianut keluarga mereka.
Sumber :