Shamisen adalah alat musik petik (memiliki dawai) Jepang yang memiliki suara mirip dengan banjo. Shamisen telah digunakan di Jepang setidaknya sejak abad ke-17 sehingga menjadi bagian penting dalam musik tradisional Jepang. Saat ini, shamisen dimainkan di festival seni dan budaya, pertunjukan musik, pertunjukan teater dan tari, serta berbagai pertunjukan tradisional lainnya. Selain menjadi bagian budaya tradisional, shamisen juga sering dimasukkan dalam komposisi modern untuk mendapatkan suara petikan yang khas. Akar shamisen bisa dilacak hingga jaman kuno. Orang Mesir kuno diketahui membuat instrumen musik yang sangat mirip dengan shamisen. Diperkirakan, ide dasar alat musik ini lantas menyebar ke Timur Tengah dan secara perlahan merembes hingga seluruh Asia. Terdapat kemungkinan bahwa shamisen mungkin dipengaruhi oleh instrumen sejenis yang dibawa dari Cina. Di Jepang, terdapat beberapa jenis shamisen, masing-masing dengan suara uniknya sendiri. Terdapat dua bagian utama shamisen: tubuh persegi panjang seperti drum dan leher berongga panjang. Tiga dawai membentang dari tubuh hingga sepanjang leher. Untuk memainkan shamisen, musisi menggunakan plectrum yang secara tradisional terbuat dari gading. Tubuh shamisen dilapisi dengan kertas dan kadang plastik, sedangkan dawai terbuat dari sutra, meskipun nilon juga bisa digunakan. Terdapat sejumlah cara menggunakan shamisen. Shamisen dapat dimainkan sendiri dalam pertunjukan atau digunakan untuk mengiringi nyanyian dan tarian. Shamisen lazim digunakan dalam kabuki atau seni teater tradisional Jepang. Sebagian orang mungkin menghubungkan shamisen dengan geisha karena para penghibur Jepang ini terkenal sering memainkan shamisen di hadapan para tamu.